Posted by : Unknown Saturday, 15 March 2014

Menjelajahi Asal Mula Universitas

Wisuda, merupakan saat yang membahagiakan bagi orangtua karena anaknya telah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi dan siap menjelajahi dunia profesional agar mampu berkontribusi bagi kehidupan bangsa. Di Indonesia, terdapat berbagai bentuk perguruan tinggi seperti akademi, institut, universitas, politeknik, dan sekolah tinggi. Dalam pemahaman yang lebih umum di dunia internasional, level pendidikan tinggi merupakan jenjang yang sejajar dengan universitas. Bagaimana sejarah asal mula universitas?
Universitas merupakan insitusi dari penelitian dan lembaga yang lebih tinggi yang memberikan gelar akademis pada berbagai subjek dan menyediakan pendidikan untuk undergraduate dan postgraduate. Kata universitas merupakan bahasa latin yang berarti “kumpulan guru dan murid.”
Ide mengembangkan universitas berasal dari pemikiran kebebasan akademis. Bukti dokumen pertama bahwa universitas berlandaskan kebebasan akademis datang dari universitas pertama dalam kehidupan manusia. Universitas Bologna mengadopsi piagam akademis, Constitutio Habita, di tahun 1150-an, yang menjamin hak pelajar untuk menjadi bagian yang tak terhindarkan dari ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan. Saat ini, dokumen tersebut diklaim sebagai asal mula “kebebasan akademis”. Hal ini telah disepakati secara internasional pada 18 September 1988 dimana 430 rektor universitas dari berbagai dunia menandatangani Magna Charta Universitatum, yang menandai 900 tahun peringatan yayasan Bologna. Sejumlah universitas yang menandatangani Magna Charta Universitatum terus bertumbuh, dan menjadi bagian dari berbagai kemajuan akademis di seluruh dunia.
Universitas di era Medieval
Abad pertengahan merupakan asal mula bertumbuhnya paham dan pemikiran untuk pendirian universitas. Pendidikan tinggi Eropa berdiri ratusan tahun dalam bentuk Sekolah katedral kristen atau sekolah monastik (Scholae monasticae), dimana biarawan dan biarawati belajar disana. Bukti bahwa sekolah ini merupakan pelopor dari universitas yang berikutnya akan berkembang telah berdiri sejak abad ke 6 setelah masehi. Universitas pada awal abad pertengahan dikembangkan di bawah pengawasan gereja oleh sistem kepausan sebagai studia generalia (pengembangan sekolah katedral menjadi universitas kemudian menjadi langka, kecuali yang terjadi pada Universitas Paris). Kemudian, universitas juga didirikan oleh Raja (Universitas Naples Federico II, Universitas Charles di Praha, dan Universitas Jagiellonian di Krakow) atau pemerintah daerah (Universitas Cologne, dan Universitas Erfurt). Pada abad pertengahan awal, kebanyakan universitas baru didirikan oleh sekolah yang telah berdiri sebelumnya, dimana didasari oleh kebutuhan untuk menyelenggarakan pendidikan yang lebih tinggi.
university of bolognaUnivesitas Bologna didirikan sebagai sekolah hukum yang mengajari ius gentium atau hukum romawi dari masyarakat yang memiliki kebutuhan di seluruh Eropa untuk membela negara yang baru merdeka melawan kerajaan dan negara. Mereka mengklaim secara khusus terhadap Alma Mater Studiorum didasari oleh autonomi, diberikan terhadap gelar, dan pengaturan strukturan lainnya, membuat universitas tersebut menjadi institusi tertua yang terus beroperasi secara independen dari raja, penguasa, atau berbagai kekuasaan religius lainnya.
Di Eropa, seorang remaja melanjutkan ke universitas setelah mereka menyelesaikan studi mereka terhadap trivium, seni persiapan yang mencakup tata bahasa, retorika, dan dialektika atau logika, serta quadrivium, yang mencakup aritmatika, geometri, musik, dan astronomi.
Universitas menjadi populer di seluruh Eropa, sebagaimana penguasa dan pemerintah memulai untuk membuat sistem tersebut memuaskan keingintahuan penduduk Eropa terhadap ilmu pengetahuan, dan kepercayaan bahwa masyarakat harus mendapatkan manfaat dari pengalaman akademis yang disediakan oleh institusi tersebut. Pangeran dan pemimpin dari pemerintahan kota menerima keuntungan potensial dari ahli pendidikan yang dikembangkan dengan kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang sulit dan mendapatkan hasil yang diinginkan. Perkembangan humanisme merupakan esensi dari perkembangan universitas sebagaimana kebangkitan keingintahuan yang diperoleh dari teks-teks pada jaman yunani kuno.
Penemuan kembali karya Aristoteles, yang terdiri lebih dari 3000 halaman yang kemudian diterjemahkan, memberikan semangat untuk menyelidiki proses alam yang telah dimulai untuk dikembangkan kembali pada abad ke 12. Beberapa akademisi percaya bahwa karya tersebut mewakili salah satu penemuan dokumen paling penting dalam sejarah intelektualitas peradaban barat. Richard Dales, sebagai contoh, menyebut penemuan karya Aristoteles tersebut sebagai “titik balik dari sejarah pemikiran dunia barat.” Setelah Aristoteles menyebar kembali, komunitas akademis, yang umumnya berkomunikasi menggunakan bahasa Latin, mempercepat proses dan penerapan dengan berusaha memahami pemikiran yunani kuno, dan terutama pada ide yang berkaitan dengan pemahaman terhadap alam. Upaya dari ”scholaticism” ini difokuskan untuk menerapkan logika aristotelian dan pemikiran tentang alam menurut pesan yang terdapat di bible dan berusaha untuk membuktikan kebenaran pemikiran tersebut melalui penalaran. Upaya ini menjadi misi utama dari pengajar dan harapan dari pelajar.
st-andrews university
Budaya universitas berkembang berbeda di Eropa utara dibandingkan di selatan, meskipun mereka memiliki kesamaan yang dipelajari. Latin merupakan bahasa universitas yang digunakan pada seluruh teks, perkuliahan, perdebatan, dan pengujian. Profesor mengajar berdasarkan buku Aristoteles untuk logika, filsafat alam, dan metafisik. Sementara itu, Hippocrates, Galen, dan Ibnu Sina digunakan untuk obat-obatan. Di luar dari kesamaan tersebut, perbedaan besar yang terdapat pada universitas di utara dan selatan terdapat pada subjek utama yang diajarkan. Universitas di Italia berfokus pada hukum dan obat-obatan, sementara di utara berfokus pada seni dan teologi. Perbedaan tersebut membuat pelajar dapat menuju ke utara atau selatan berdasarkan ketertarikannya terhadap ilmu pengetahuan tertentu.
Selain itu, terdapat perbedaan pada gelar yang diberikan oleh masing-masing universitas. Universitas di Inggris, Prancis, dan Jerman biasanya memberikan gelar sarjana, dengan pengecualian gelar pada teologi, dimana gelar doktoral merupakan gelar yang lazim diberikan. Universtasi di Italia memberikan gelar doktoral. Perbedaan tersebut membuat perbedaan tujuan dari penerima gelar setelah lulus. Di utara, fokus lulusan universitas cenderung untuk mendapatkan posisi mengajar, sementara di selatan seringkali mengejar posisi profesional.
Akademisi seperti Arnold H. Green dan Hossein Nasr berpendapat bahwa sejak abad 10, beberapa madrasah islami telah menjadi universitas. Meskipun begitu, George Makdisi dan lainnya, universitas eropa tidaklah sama dengan univesitas di kehidupan islami pada abad pertengahan. Beberapa akademisi berpendapat bahwa universitas era awal abad pertengahan dipengaruhi oleh madrasah keagamaan di Al-Andalus. yaitu Emirate of Sicily, dan madrasah lainnya di wilayah timur tengah selama perang salib. Akademisi lainnya berpendapat bahwa pendapat ini dibuat-buat.
Sekarang universitas telah berkembang lagi tidak hanya mewadahi kebebasan akademis dan penelitian, melainkan juga menjadi struktur sosial dalam kehidupan masyarakat di suatu daerah. Di Indonesia, universitas juga turut berperan pada pergerakan ekonomi, politik, sosial budaya, dan keagamaan dimana organisasi-organisasi inter dan antar perguruan tinggi mewujudkan ide dan aspirasi mereka dalam berbagai tindakan. Meskipun tindakan yang dimunculkan tidak selalu positif, tetapi universitas telah memberikan warna tersendiri bagi kehidupan masyarakat Indonesia, terutama setelah memasuki abad ke 20.
Wisuda, merupakan saat yang membahagiakan bagi orangtua karena anaknya telah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi dan siap menjelajahi dunia profesional agar mampu berkontribusi bagi kehidupan bangsa. Di Indonesia, terdapat berbagai bentuk perguruan tinggi seperti akademi, institut, universitas, politeknik, dan sekolah tinggi. Dalam pemahaman yang lebih umum di dunia internasional, level pendidikan tinggi merupakan jenjang yang sejajar dengan universitas. Bagaimana sejarah asal mula universitas?
Universitas merupakan insitusi dari penelitian dan lembaga yang lebih tinggi yang memberikan gelar akademis pada berbagai subjek dan menyediakan pendidikan untuk undergraduate dan postgraduate. Kata universitas merupakan bahasa latin yang berarti “kumpulan guru dan murid.”
Ide mengembangkan universitas berasal dari pemikiran kebebasan akademis. Bukti dokumen pertama bahwa universitas berlandaskan kebebasan akademis datang dari universitas pertama dalam kehidupan manusia. Universitas Bologna mengadopsi piagam akademis, Constitutio Habita, di tahun 1150-an, yang menjamin hak pelajar untuk menjadi bagian yang tak terhindarkan dari ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan. Saat ini, dokumen tersebut diklaim sebagai asal mula “kebebasan akademis”. Hal ini telah disepakati secara internasional pada 18 September 1988 dimana 430 rektor universitas dari berbagai dunia menandatangani Magna Charta Universitatum, yang menandai 900 tahun peringatan yayasan Bologna. Sejumlah universitas yang menandatangani Magna Charta Universitatum terus bertumbuh, dan menjadi bagian dari berbagai kemajuan akademis di seluruh dunia.
Universitas di era Medieval
Abad pertengahan merupakan asal mula bertumbuhnya paham dan pemikiran untuk pendirian universitas. Pendidikan tinggi Eropa berdiri ratusan tahun dalam bentuk Sekolah katedral kristen atau sekolah monastik (Scholae monasticae), dimana biarawan dan biarawati belajar disana. Bukti bahwa sekolah ini merupakan pelopor dari universitas yang berikutnya akan berkembang telah berdiri sejak abad ke 6 setelah masehi. Universitas pada awal abad pertengahan dikembangkan di bawah pengawasan gereja oleh sistem kepausan sebagai studia generalia (pengembangan sekolah katedral menjadi universitas kemudian menjadi langka, kecuali yang terjadi pada Universitas Paris). Kemudian, universitas juga didirikan oleh Raja (Universitas Naples Federico II, Universitas Charles di Praha, dan Universitas Jagiellonian di Krakow) atau pemerintah daerah (Universitas Cologne, dan Universitas Erfurt). Pada abad pertengahan awal, kebanyakan universitas baru didirikan oleh sekolah yang telah berdiri sebelumnya, dimana didasari oleh kebutuhan untuk menyelenggarakan pendidikan yang lebih tinggi.
university of bolognaUnivesitas Bologna didirikan sebagai sekolah hukum yang mengajari ius gentium atau hukum romawi dari masyarakat yang memiliki kebutuhan di seluruh Eropa untuk membela negara yang baru merdeka melawan kerajaan dan negara. Mereka mengklaim secara khusus terhadap Alma Mater Studiorum didasari oleh autonomi, diberikan terhadap gelar, dan pengaturan strukturan lainnya, membuat universitas tersebut menjadi institusi tertua yang terus beroperasi secara independen dari raja, penguasa, atau berbagai kekuasaan religius lainnya.
Di Eropa, seorang remaja melanjutkan ke universitas setelah mereka menyelesaikan studi mereka terhadap trivium, seni persiapan yang mencakup tata bahasa, retorika, dan dialektika atau logika, serta quadrivium, yang mencakup aritmatika, geometri, musik, dan astronomi.
Universitas menjadi populer di seluruh Eropa, sebagaimana penguasa dan pemerintah memulai untuk membuat sistem tersebut memuaskan keingintahuan penduduk Eropa terhadap ilmu pengetahuan, dan kepercayaan bahwa masyarakat harus mendapatkan manfaat dari pengalaman akademis yang disediakan oleh institusi tersebut. Pangeran dan pemimpin dari pemerintahan kota menerima keuntungan potensial dari ahli pendidikan yang dikembangkan dengan kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang sulit dan mendapatkan hasil yang diinginkan. Perkembangan humanisme merupakan esensi dari perkembangan universitas sebagaimana kebangkitan keingintahuan yang diperoleh dari teks-teks pada jaman yunani kuno.
Penemuan kembali karya Aristoteles, yang terdiri lebih dari 3000 halaman yang kemudian diterjemahkan, memberikan semangat untuk menyelidiki proses alam yang telah dimulai untuk dikembangkan kembali pada abad ke 12. Beberapa akademisi percaya bahwa karya tersebut mewakili salah satu penemuan dokumen paling penting dalam sejarah intelektualitas peradaban barat. Richard Dales, sebagai contoh, menyebut penemuan karya Aristoteles tersebut sebagai “titik balik dari sejarah pemikiran dunia barat.” Setelah Aristoteles menyebar kembali, komunitas akademis, yang umumnya berkomunikasi menggunakan bahasa Latin, mempercepat proses dan penerapan dengan berusaha memahami pemikiran yunani kuno, dan terutama pada ide yang berkaitan dengan pemahaman terhadap alam. Upaya dari ”scholaticism” ini difokuskan untuk menerapkan logika aristotelian dan pemikiran tentang alam menurut pesan yang terdapat di bible dan berusaha untuk membuktikan kebenaran pemikiran tersebut melalui penalaran. Upaya ini menjadi misi utama dari pengajar dan harapan dari pelajar.
st-andrews university
Budaya universitas berkembang berbeda di Eropa utara dibandingkan di selatan, meskipun mereka memiliki kesamaan yang dipelajari. Latin merupakan bahasa universitas yang digunakan pada seluruh teks, perkuliahan, perdebatan, dan pengujian. Profesor mengajar berdasarkan buku Aristoteles untuk logika, filsafat alam, dan metafisik. Sementara itu, Hippocrates, Galen, dan Ibnu Sina digunakan untuk obat-obatan. Di luar dari kesamaan tersebut, perbedaan besar yang terdapat pada universitas di utara dan selatan terdapat pada subjek utama yang diajarkan. Universitas di Italia berfokus pada hukum dan obat-obatan, sementara di utara berfokus pada seni dan teologi. Perbedaan tersebut membuat pelajar dapat menuju ke utara atau selatan berdasarkan ketertarikannya terhadap ilmu pengetahuan tertentu.
Selain itu, terdapat perbedaan pada gelar yang diberikan oleh masing-masing universitas. Universitas di Inggris, Prancis, dan Jerman biasanya memberikan gelar sarjana, dengan pengecualian gelar pada teologi, dimana gelar doktoral merupakan gelar yang lazim diberikan. Universtasi di Italia memberikan gelar doktoral. Perbedaan tersebut membuat perbedaan tujuan dari penerima gelar setelah lulus. Di utara, fokus lulusan universitas cenderung untuk mendapatkan posisi mengajar, sementara di selatan seringkali mengejar posisi profesional.
Akademisi seperti Arnold H. Green dan Hossein Nasr berpendapat bahwa sejak abad 10, beberapa madrasah islami telah menjadi universitas. Meskipun begitu, George Makdisi dan lainnya, universitas eropa tidaklah sama dengan univesitas di kehidupan islami pada abad pertengahan. Beberapa akademisi berpendapat bahwa universitas era awal abad pertengahan dipengaruhi oleh madrasah keagamaan di Al-Andalus. yaitu Emirate of Sicily, dan madrasah lainnya di wilayah timur tengah selama perang salib. Akademisi lainnya berpendapat bahwa pendapat ini dibuat-buat.
Sekarang universitas telah berkembang lagi tidak hanya mewadahi kebebasan akademis dan penelitian, melainkan juga menjadi struktur sosial dalam kehidupan masyarakat di suatu daerah. Di Indonesia, universitas juga turut berperan pada pergerakan ekonomi, politik, sosial budaya, dan keagamaan dimana organisasi-organisasi inter dan antar perguruan tinggi mewujudkan ide dan aspirasi mereka dalam berbagai tindakan. Meskipun tindakan yang dimunculkan tidak selalu positif, tetapi universitas telah memberikan warna tersendiri bagi kehidupan masyarakat Indonesia, terutama setelah memasuki abad ke 20.
- See more at: http://www.bglconline.com/2013/02/menjelajahi-asal-mula-universitas/#sthash.4NmbJqGj.dpuf
Wisuda, merupakan saat yang membahagiakan bagi orangtua karena anaknya telah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi dan siap menjelajahi dunia profesional agar mampu berkontribusi bagi kehidupan bangsa. Di Indonesia, terdapat berbagai bentuk perguruan tinggi seperti akademi, institut, universitas, politeknik, dan sekolah tinggi. Dalam pemahaman yang lebih umum di dunia internasional, level pendidikan tinggi merupakan jenjang yang sejajar dengan universitas. Bagaimana sejarah asal mula universitas?
Universitas merupakan insitusi dari penelitian dan lembaga yang lebih tinggi yang memberikan gelar akademis pada berbagai subjek dan menyediakan pendidikan untuk undergraduate dan postgraduate. Kata universitas merupakan bahasa latin yang berarti “kumpulan guru dan murid.”
Ide mengembangkan universitas berasal dari pemikiran kebebasan akademis. Bukti dokumen pertama bahwa universitas berlandaskan kebebasan akademis datang dari universitas pertama dalam kehidupan manusia. Universitas Bologna mengadopsi piagam akademis, Constitutio Habita, di tahun 1150-an, yang menjamin hak pelajar untuk menjadi bagian yang tak terhindarkan dari ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan. Saat ini, dokumen tersebut diklaim sebagai asal mula “kebebasan akademis”. Hal ini telah disepakati secara internasional pada 18 September 1988 dimana 430 rektor universitas dari berbagai dunia menandatangani Magna Charta Universitatum, yang menandai 900 tahun peringatan yayasan Bologna. Sejumlah universitas yang menandatangani Magna Charta Universitatum terus bertumbuh, dan menjadi bagian dari berbagai kemajuan akademis di seluruh dunia.
Universitas di era Medieval
Abad pertengahan merupakan asal mula bertumbuhnya paham dan pemikiran untuk pendirian universitas. Pendidikan tinggi Eropa berdiri ratusan tahun dalam bentuk Sekolah katedral kristen atau sekolah monastik (Scholae monasticae), dimana biarawan dan biarawati belajar disana. Bukti bahwa sekolah ini merupakan pelopor dari universitas yang berikutnya akan berkembang telah berdiri sejak abad ke 6 setelah masehi. Universitas pada awal abad pertengahan dikembangkan di bawah pengawasan gereja oleh sistem kepausan sebagai studia generalia (pengembangan sekolah katedral menjadi universitas kemudian menjadi langka, kecuali yang terjadi pada Universitas Paris). Kemudian, universitas juga didirikan oleh Raja (Universitas Naples Federico II, Universitas Charles di Praha, dan Universitas Jagiellonian di Krakow) atau pemerintah daerah (Universitas Cologne, dan Universitas Erfurt). Pada abad pertengahan awal, kebanyakan universitas baru didirikan oleh sekolah yang telah berdiri sebelumnya, dimana didasari oleh kebutuhan untuk menyelenggarakan pendidikan yang lebih tinggi.
university of bolognaUnivesitas Bologna didirikan sebagai sekolah hukum yang mengajari ius gentium atau hukum romawi dari masyarakat yang memiliki kebutuhan di seluruh Eropa untuk membela negara yang baru merdeka melawan kerajaan dan negara. Mereka mengklaim secara khusus terhadap Alma Mater Studiorum didasari oleh autonomi, diberikan terhadap gelar, dan pengaturan strukturan lainnya, membuat universitas tersebut menjadi institusi tertua yang terus beroperasi secara independen dari raja, penguasa, atau berbagai kekuasaan religius lainnya.
Di Eropa, seorang remaja melanjutkan ke universitas setelah mereka menyelesaikan studi mereka terhadap trivium, seni persiapan yang mencakup tata bahasa, retorika, dan dialektika atau logika, serta quadrivium, yang mencakup aritmatika, geometri, musik, dan astronomi.
Universitas menjadi populer di seluruh Eropa, sebagaimana penguasa dan pemerintah memulai untuk membuat sistem tersebut memuaskan keingintahuan penduduk Eropa terhadap ilmu pengetahuan, dan kepercayaan bahwa masyarakat harus mendapatkan manfaat dari pengalaman akademis yang disediakan oleh institusi tersebut. Pangeran dan pemimpin dari pemerintahan kota menerima keuntungan potensial dari ahli pendidikan yang dikembangkan dengan kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang sulit dan mendapatkan hasil yang diinginkan. Perkembangan humanisme merupakan esensi dari perkembangan universitas sebagaimana kebangkitan keingintahuan yang diperoleh dari teks-teks pada jaman yunani kuno.
Penemuan kembali karya Aristoteles, yang terdiri lebih dari 3000 halaman yang kemudian diterjemahkan, memberikan semangat untuk menyelidiki proses alam yang telah dimulai untuk dikembangkan kembali pada abad ke 12. Beberapa akademisi percaya bahwa karya tersebut mewakili salah satu penemuan dokumen paling penting dalam sejarah intelektualitas peradaban barat. Richard Dales, sebagai contoh, menyebut penemuan karya Aristoteles tersebut sebagai “titik balik dari sejarah pemikiran dunia barat.” Setelah Aristoteles menyebar kembali, komunitas akademis, yang umumnya berkomunikasi menggunakan bahasa Latin, mempercepat proses dan penerapan dengan berusaha memahami pemikiran yunani kuno, dan terutama pada ide yang berkaitan dengan pemahaman terhadap alam. Upaya dari ”scholaticism” ini difokuskan untuk menerapkan logika aristotelian dan pemikiran tentang alam menurut pesan yang terdapat di bible dan berusaha untuk membuktikan kebenaran pemikiran tersebut melalui penalaran. Upaya ini menjadi misi utama dari pengajar dan harapan dari pelajar.
st-andrews university
Budaya universitas berkembang berbeda di Eropa utara dibandingkan di selatan, meskipun mereka memiliki kesamaan yang dipelajari. Latin merupakan bahasa universitas yang digunakan pada seluruh teks, perkuliahan, perdebatan, dan pengujian. Profesor mengajar berdasarkan buku Aristoteles untuk logika, filsafat alam, dan metafisik. Sementara itu, Hippocrates, Galen, dan Ibnu Sina digunakan untuk obat-obatan. Di luar dari kesamaan tersebut, perbedaan besar yang terdapat pada universitas di utara dan selatan terdapat pada subjek utama yang diajarkan. Universitas di Italia berfokus pada hukum dan obat-obatan, sementara di utara berfokus pada seni dan teologi. Perbedaan tersebut membuat pelajar dapat menuju ke utara atau selatan berdasarkan ketertarikannya terhadap ilmu pengetahuan tertentu.
Selain itu, terdapat perbedaan pada gelar yang diberikan oleh masing-masing universitas. Universitas di Inggris, Prancis, dan Jerman biasanya memberikan gelar sarjana, dengan pengecualian gelar pada teologi, dimana gelar doktoral merupakan gelar yang lazim diberikan. Universtasi di Italia memberikan gelar doktoral. Perbedaan tersebut membuat perbedaan tujuan dari penerima gelar setelah lulus. Di utara, fokus lulusan universitas cenderung untuk mendapatkan posisi mengajar, sementara di selatan seringkali mengejar posisi profesional.
Akademisi seperti Arnold H. Green dan Hossein Nasr berpendapat bahwa sejak abad 10, beberapa madrasah islami telah menjadi universitas. Meskipun begitu, George Makdisi dan lainnya, universitas eropa tidaklah sama dengan univesitas di kehidupan islami pada abad pertengahan. Beberapa akademisi berpendapat bahwa universitas era awal abad pertengahan dipengaruhi oleh madrasah keagamaan di Al-Andalus. yaitu Emirate of Sicily, dan madrasah lainnya di wilayah timur tengah selama perang salib. Akademisi lainnya berpendapat bahwa pendapat ini dibuat-buat.
Sekarang universitas telah berkembang lagi tidak hanya mewadahi kebebasan akademis dan penelitian, melainkan juga menjadi struktur sosial dalam kehidupan masyarakat di suatu daerah. Di Indonesia, universitas juga turut berperan pada pergerakan ekonomi, politik, sosial budaya, dan keagamaan dimana organisasi-organisasi inter dan antar perguruan tinggi mewujudkan ide dan aspirasi mereka dalam berbagai tindakan. Meskipun tindakan yang dimunculkan tidak selalu positif, tetapi universitas telah memberikan warna tersendiri bagi kehidupan masyarakat Indonesia, terutama setelah memasuki abad ke 20.
- See more at: http://www.bglconline.com/2013/02/menjelajahi-asal-mula-universitas/#sthash.4NmbJqGj.dpuf
Wisuda, merupakan saat yang membahagiakan bagi orangtua karena anaknya telah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi dan siap menjelajahi dunia profesional agar mampu berkontribusi bagi kehidupan bangsa. Di Indonesia, terdapat berbagai bentuk perguruan tinggi seperti akademi, institut, universitas, politeknik, dan sekolah tinggi. Dalam pemahaman yang lebih umum di dunia internasional, level pendidikan tinggi merupakan jenjang yang sejajar dengan universitas. Bagaimana sejarah asal mula universitas?
Universitas merupakan insitusi dari penelitian dan lembaga yang lebih tinggi yang memberikan gelar akademis pada berbagai subjek dan menyediakan pendidikan untuk undergraduate dan postgraduate. Kata universitas merupakan bahasa latin yang berarti “kumpulan guru dan murid.”
Ide mengembangkan universitas berasal dari pemikiran kebebasan akademis. Bukti dokumen pertama bahwa universitas berlandaskan kebebasan akademis datang dari universitas pertama dalam kehidupan manusia. Universitas Bologna mengadopsi piagam akademis, Constitutio Habita, di tahun 1150-an, yang menjamin hak pelajar untuk menjadi bagian yang tak terhindarkan dari ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan. Saat ini, dokumen tersebut diklaim sebagai asal mula “kebebasan akademis”. Hal ini telah disepakati secara internasional pada 18 September 1988 dimana 430 rektor universitas dari berbagai dunia menandatangani Magna Charta Universitatum, yang menandai 900 tahun peringatan yayasan Bologna. Sejumlah universitas yang menandatangani Magna Charta Universitatum terus bertumbuh, dan menjadi bagian dari berbagai kemajuan akademis di seluruh dunia.
Universitas di era Medieval
Abad pertengahan merupakan asal mula bertumbuhnya paham dan pemikiran untuk pendirian universitas. Pendidikan tinggi Eropa berdiri ratusan tahun dalam bentuk Sekolah katedral kristen atau sekolah monastik (Scholae monasticae), dimana biarawan dan biarawati belajar disana. Bukti bahwa sekolah ini merupakan pelopor dari universitas yang berikutnya akan berkembang telah berdiri sejak abad ke 6 setelah masehi. Universitas pada awal abad pertengahan dikembangkan di bawah pengawasan gereja oleh sistem kepausan sebagai studia generalia (pengembangan sekolah katedral menjadi universitas kemudian menjadi langka, kecuali yang terjadi pada Universitas Paris). Kemudian, universitas juga didirikan oleh Raja (Universitas Naples Federico II, Universitas Charles di Praha, dan Universitas Jagiellonian di Krakow) atau pemerintah daerah (Universitas Cologne, dan Universitas Erfurt). Pada abad pertengahan awal, kebanyakan universitas baru didirikan oleh sekolah yang telah berdiri sebelumnya, dimana didasari oleh kebutuhan untuk menyelenggarakan pendidikan yang lebih tinggi.
university of bolognaUnivesitas Bologna didirikan sebagai sekolah hukum yang mengajari ius gentium atau hukum romawi dari masyarakat yang memiliki kebutuhan di seluruh Eropa untuk membela negara yang baru merdeka melawan kerajaan dan negara. Mereka mengklaim secara khusus terhadap Alma Mater Studiorum didasari oleh autonomi, diberikan terhadap gelar, dan pengaturan strukturan lainnya, membuat universitas tersebut menjadi institusi tertua yang terus beroperasi secara independen dari raja, penguasa, atau berbagai kekuasaan religius lainnya.
Di Eropa, seorang remaja melanjutkan ke universitas setelah mereka menyelesaikan studi mereka terhadap trivium, seni persiapan yang mencakup tata bahasa, retorika, dan dialektika atau logika, serta quadrivium, yang mencakup aritmatika, geometri, musik, dan astronomi.
Universitas menjadi populer di seluruh Eropa, sebagaimana penguasa dan pemerintah memulai untuk membuat sistem tersebut memuaskan keingintahuan penduduk Eropa terhadap ilmu pengetahuan, dan kepercayaan bahwa masyarakat harus mendapatkan manfaat dari pengalaman akademis yang disediakan oleh institusi tersebut. Pangeran dan pemimpin dari pemerintahan kota menerima keuntungan potensial dari ahli pendidikan yang dikembangkan dengan kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang sulit dan mendapatkan hasil yang diinginkan. Perkembangan humanisme merupakan esensi dari perkembangan universitas sebagaimana kebangkitan keingintahuan yang diperoleh dari teks-teks pada jaman yunani kuno.
Penemuan kembali karya Aristoteles, yang terdiri lebih dari 3000 halaman yang kemudian diterjemahkan, memberikan semangat untuk menyelidiki proses alam yang telah dimulai untuk dikembangkan kembali pada abad ke 12. Beberapa akademisi percaya bahwa karya tersebut mewakili salah satu penemuan dokumen paling penting dalam sejarah intelektualitas peradaban barat. Richard Dales, sebagai contoh, menyebut penemuan karya Aristoteles tersebut sebagai “titik balik dari sejarah pemikiran dunia barat.” Setelah Aristoteles menyebar kembali, komunitas akademis, yang umumnya berkomunikasi menggunakan bahasa Latin, mempercepat proses dan penerapan dengan berusaha memahami pemikiran yunani kuno, dan terutama pada ide yang berkaitan dengan pemahaman terhadap alam. Upaya dari ”scholaticism” ini difokuskan untuk menerapkan logika aristotelian dan pemikiran tentang alam menurut pesan yang terdapat di bible dan berusaha untuk membuktikan kebenaran pemikiran tersebut melalui penalaran. Upaya ini menjadi misi utama dari pengajar dan harapan dari pelajar.
st-andrews university
Budaya universitas berkembang berbeda di Eropa utara dibandingkan di selatan, meskipun mereka memiliki kesamaan yang dipelajari. Latin merupakan bahasa universitas yang digunakan pada seluruh teks, perkuliahan, perdebatan, dan pengujian. Profesor mengajar berdasarkan buku Aristoteles untuk logika, filsafat alam, dan metafisik. Sementara itu, Hippocrates, Galen, dan Ibnu Sina digunakan untuk obat-obatan. Di luar dari kesamaan tersebut, perbedaan besar yang terdapat pada universitas di utara dan selatan terdapat pada subjek utama yang diajarkan. Universitas di Italia berfokus pada hukum dan obat-obatan, sementara di utara berfokus pada seni dan teologi. Perbedaan tersebut membuat pelajar dapat menuju ke utara atau selatan berdasarkan ketertarikannya terhadap ilmu pengetahuan tertentu.
Selain itu, terdapat perbedaan pada gelar yang diberikan oleh masing-masing universitas. Universitas di Inggris, Prancis, dan Jerman biasanya memberikan gelar sarjana, dengan pengecualian gelar pada teologi, dimana gelar doktoral merupakan gelar yang lazim diberikan. Universtasi di Italia memberikan gelar doktoral. Perbedaan tersebut membuat perbedaan tujuan dari penerima gelar setelah lulus. Di utara, fokus lulusan universitas cenderung untuk mendapatkan posisi mengajar, sementara di selatan seringkali mengejar posisi profesional.
Akademisi seperti Arnold H. Green dan Hossein Nasr berpendapat bahwa sejak abad 10, beberapa madrasah islami telah menjadi universitas. Meskipun begitu, George Makdisi dan lainnya, universitas eropa tidaklah sama dengan univesitas di kehidupan islami pada abad pertengahan. Beberapa akademisi berpendapat bahwa universitas era awal abad pertengahan dipengaruhi oleh madrasah keagamaan di Al-Andalus. yaitu Emirate of Sicily, dan madrasah lainnya di wilayah timur tengah selama perang salib. Akademisi lainnya berpendapat bahwa pendapat ini dibuat-buat.
Sekarang universitas telah berkembang lagi tidak hanya mewadahi kebebasan akademis dan penelitian, melainkan juga menjadi struktur sosial dalam kehidupan masyarakat di suatu daerah. Di Indonesia, universitas juga turut berperan pada pergerakan ekonomi, politik, sosial budaya, dan keagamaan dimana organisasi-organisasi inter dan antar perguruan tinggi mewujudkan ide dan aspirasi mereka dalam berbagai tindakan. Meskipun tindakan yang dimunculkan tidak selalu positif, tetapi universitas telah memberikan warna tersendiri bagi kehidupan masyarakat Indonesia, terutama setelah memasuki abad ke 20.
- See more at: http://www.bglconline.com/2013/02/menjelajahi-asal-mula-universitas/#sthash.4NmbJqGj.dpuf
Wisuda, merupakan saat yang membahagiakan bagi orangtua karena anaknya telah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi dan siap menjelajahi dunia profesional agar mampu berkontribusi bagi kehidupan bangsa. Di Indonesia, terdapat berbagai bentuk perguruan tinggi seperti akademi, institut, universitas, politeknik, dan sekolah tinggi. Dalam pemahaman yang lebih umum di dunia internasional, level pendidikan tinggi merupakan jenjang yang sejajar dengan universitas. Bagaimana sejarah asal mula universitas?
Universitas merupakan insitusi dari penelitian dan lembaga yang lebih tinggi yang memberikan gelar akademis pada berbagai subjek dan menyediakan pendidikan untuk undergraduate dan postgraduate. Kata universitas merupakan bahasa latin yang berarti “kumpulan guru dan murid.”
Ide mengembangkan universitas berasal dari pemikiran kebebasan akademis. Bukti dokumen pertama bahwa universitas berlandaskan kebebasan akademis datang dari universitas pertama dalam kehidupan manusia. Universitas Bologna mengadopsi piagam akademis, Constitutio Habita, di tahun 1150-an, yang menjamin hak pelajar untuk menjadi bagian yang tak terhindarkan dari ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan. Saat ini, dokumen tersebut diklaim sebagai asal mula “kebebasan akademis”. Hal ini telah disepakati secara internasional pada 18 September 1988 dimana 430 rektor universitas dari berbagai dunia menandatangani Magna Charta Universitatum, yang menandai 900 tahun peringatan yayasan Bologna. Sejumlah universitas yang menandatangani Magna Charta Universitatum terus bertumbuh, dan menjadi bagian dari berbagai kemajuan akademis di seluruh dunia.
Universitas di era Medieval
Abad pertengahan merupakan asal mula bertumbuhnya paham dan pemikiran untuk pendirian universitas. Pendidikan tinggi Eropa berdiri ratusan tahun dalam bentuk Sekolah katedral kristen atau sekolah monastik (Scholae monasticae), dimana biarawan dan biarawati belajar disana. Bukti bahwa sekolah ini merupakan pelopor dari universitas yang berikutnya akan berkembang telah berdiri sejak abad ke 6 setelah masehi. Universitas pada awal abad pertengahan dikembangkan di bawah pengawasan gereja oleh sistem kepausan sebagai studia generalia (pengembangan sekolah katedral menjadi universitas kemudian menjadi langka, kecuali yang terjadi pada Universitas Paris). Kemudian, universitas juga didirikan oleh Raja (Universitas Naples Federico II, Universitas Charles di Praha, dan Universitas Jagiellonian di Krakow) atau pemerintah daerah (Universitas Cologne, dan Universitas Erfurt). Pada abad pertengahan awal, kebanyakan universitas baru didirikan oleh sekolah yang telah berdiri sebelumnya, dimana didasari oleh kebutuhan untuk menyelenggarakan pendidikan yang lebih tinggi.
university of bolognaUnivesitas Bologna didirikan sebagai sekolah hukum yang mengajari ius gentium atau hukum romawi dari masyarakat yang memiliki kebutuhan di seluruh Eropa untuk membela negara yang baru merdeka melawan kerajaan dan negara. Mereka mengklaim secara khusus terhadap Alma Mater Studiorum didasari oleh autonomi, diberikan terhadap gelar, dan pengaturan strukturan lainnya, membuat universitas tersebut menjadi institusi tertua yang terus beroperasi secara independen dari raja, penguasa, atau berbagai kekuasaan religius lainnya.
Di Eropa, seorang remaja melanjutkan ke universitas setelah mereka menyelesaikan studi mereka terhadap trivium, seni persiapan yang mencakup tata bahasa, retorika, dan dialektika atau logika, serta quadrivium, yang mencakup aritmatika, geometri, musik, dan astronomi.
Universitas menjadi populer di seluruh Eropa, sebagaimana penguasa dan pemerintah memulai untuk membuat sistem tersebut memuaskan keingintahuan penduduk Eropa terhadap ilmu pengetahuan, dan kepercayaan bahwa masyarakat harus mendapatkan manfaat dari pengalaman akademis yang disediakan oleh institusi tersebut. Pangeran dan pemimpin dari pemerintahan kota menerima keuntungan potensial dari ahli pendidikan yang dikembangkan dengan kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang sulit dan mendapatkan hasil yang diinginkan. Perkembangan humanisme merupakan esensi dari perkembangan universitas sebagaimana kebangkitan keingintahuan yang diperoleh dari teks-teks pada jaman yunani kuno.
Penemuan kembali karya Aristoteles, yang terdiri lebih dari 3000 halaman yang kemudian diterjemahkan, memberikan semangat untuk menyelidiki proses alam yang telah dimulai untuk dikembangkan kembali pada abad ke 12. Beberapa akademisi percaya bahwa karya tersebut mewakili salah satu penemuan dokumen paling penting dalam sejarah intelektualitas peradaban barat. Richard Dales, sebagai contoh, menyebut penemuan karya Aristoteles tersebut sebagai “titik balik dari sejarah pemikiran dunia barat.” Setelah Aristoteles menyebar kembali, komunitas akademis, yang umumnya berkomunikasi menggunakan bahasa Latin, mempercepat proses dan penerapan dengan berusaha memahami pemikiran yunani kuno, dan terutama pada ide yang berkaitan dengan pemahaman terhadap alam. Upaya dari ”scholaticism” ini difokuskan untuk menerapkan logika aristotelian dan pemikiran tentang alam menurut pesan yang terdapat di bible dan berusaha untuk membuktikan kebenaran pemikiran tersebut melalui penalaran. Upaya ini menjadi misi utama dari pengajar dan harapan dari pelajar.
st-andrews university
Budaya universitas berkembang berbeda di Eropa utara dibandingkan di selatan, meskipun mereka memiliki kesamaan yang dipelajari. Latin merupakan bahasa universitas yang digunakan pada seluruh teks, perkuliahan, perdebatan, dan pengujian. Profesor mengajar berdasarkan buku Aristoteles untuk logika, filsafat alam, dan metafisik. Sementara itu, Hippocrates, Galen, dan Ibnu Sina digunakan untuk obat-obatan. Di luar dari kesamaan tersebut, perbedaan besar yang terdapat pada universitas di utara dan selatan terdapat pada subjek utama yang diajarkan. Universitas di Italia berfokus pada hukum dan obat-obatan, sementara di utara berfokus pada seni dan teologi. Perbedaan tersebut membuat pelajar dapat menuju ke utara atau selatan berdasarkan ketertarikannya terhadap ilmu pengetahuan tertentu.
Selain itu, terdapat perbedaan pada gelar yang diberikan oleh masing-masing universitas. Universitas di Inggris, Prancis, dan Jerman biasanya memberikan gelar sarjana, dengan pengecualian gelar pada teologi, dimana gelar doktoral merupakan gelar yang lazim diberikan. Universtasi di Italia memberikan gelar doktoral. Perbedaan tersebut membuat perbedaan tujuan dari penerima gelar setelah lulus. Di utara, fokus lulusan universitas cenderung untuk mendapatkan posisi mengajar, sementara di selatan seringkali mengejar posisi profesional.
Akademisi seperti Arnold H. Green dan Hossein Nasr berpendapat bahwa sejak abad 10, beberapa madrasah islami telah menjadi universitas. Meskipun begitu, George Makdisi dan lainnya, universitas eropa tidaklah sama dengan univesitas di kehidupan islami pada abad pertengahan. Beberapa akademisi berpendapat bahwa universitas era awal abad pertengahan dipengaruhi oleh madrasah keagamaan di Al-Andalus. yaitu Emirate of Sicily, dan madrasah lainnya di wilayah timur tengah selama perang salib. Akademisi lainnya berpendapat bahwa pendapat ini dibuat-buat.
Sekarang universitas telah berkembang lagi tidak hanya mewadahi kebebasan akademis dan penelitian, melainkan juga menjadi struktur sosial dalam kehidupan masyarakat di suatu daerah. Di Indonesia, universitas juga turut berperan pada pergerakan ekonomi, politik, sosial budaya, dan keagamaan dimana organisasi-organisasi inter dan antar perguruan tinggi mewujudkan ide dan aspirasi mereka dalam berbagai tindakan. Meskipun tindakan yang dimunculkan tidak selalu positif, tetapi universitas telah memberikan warna tersendiri bagi kehidupan masyarakat Indonesia, terutama setelah memasuki abad ke 20.
- See more at: http://www.bglconline.com/2013/02/menjelajahi-asal-mula-universitas/#sthash.4NmbJqGj.dpuf
Wisuda, merupakan saat yang membahagiakan bagi orangtua karena anaknya telah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi dan siap menjelajahi dunia profesional agar mampu berkontribusi bagi kehidupan bangsa. Di Indonesia, terdapat berbagai bentuk perguruan tinggi seperti akademi, institut, universitas, politeknik, dan sekolah tinggi. Dalam pemahaman yang lebih umum di dunia internasional, level pendidikan tinggi merupakan jenjang yang sejajar dengan universitas. Bagaimana sejarah asal mula universitas?
Universitas merupakan insitusi dari penelitian dan lembaga yang lebih tinggi yang memberikan gelar akademis pada berbagai subjek dan menyediakan pendidikan untuk undergraduate dan postgraduate. Kata universitas merupakan bahasa latin yang berarti “kumpulan guru dan murid.”
Ide mengembangkan universitas berasal dari pemikiran kebebasan akademis. Bukti dokumen pertama bahwa universitas berlandaskan kebebasan akademis datang dari universitas pertama dalam kehidupan manusia. Universitas Bologna mengadopsi piagam akademis, Constitutio Habita, di tahun 1150-an, yang menjamin hak pelajar untuk menjadi bagian yang tak terhindarkan dari ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan. Saat ini, dokumen tersebut diklaim sebagai asal mula “kebebasan akademis”. Hal ini telah disepakati secara internasional pada 18 September 1988 dimana 430 rektor universitas dari berbagai dunia menandatangani Magna Charta Universitatum, yang menandai 900 tahun peringatan yayasan Bologna. Sejumlah universitas yang menandatangani Magna Charta Universitatum terus bertumbuh, dan menjadi bagian dari berbagai kemajuan akademis di seluruh dunia.
Universitas di era Medieval
Abad pertengahan merupakan asal mula bertumbuhnya paham dan pemikiran untuk pendirian universitas. Pendidikan tinggi Eropa berdiri ratusan tahun dalam bentuk Sekolah katedral kristen atau sekolah monastik (Scholae monasticae), dimana biarawan dan biarawati belajar disana. Bukti bahwa sekolah ini merupakan pelopor dari universitas yang berikutnya akan berkembang telah berdiri sejak abad ke 6 setelah masehi. Universitas pada awal abad pertengahan dikembangkan di bawah pengawasan gereja oleh sistem kepausan sebagai studia generalia (pengembangan sekolah katedral menjadi universitas kemudian menjadi langka, kecuali yang terjadi pada Universitas Paris). Kemudian, universitas juga didirikan oleh Raja (Universitas Naples Federico II, Universitas Charles di Praha, dan Universitas Jagiellonian di Krakow) atau pemerintah daerah (Universitas Cologne, dan Universitas Erfurt). Pada abad pertengahan awal, kebanyakan universitas baru didirikan oleh sekolah yang telah berdiri sebelumnya, dimana didasari oleh kebutuhan untuk menyelenggarakan pendidikan yang lebih tinggi.
university of bolognaUnivesitas Bologna didirikan sebagai sekolah hukum yang mengajari ius gentium atau hukum romawi dari masyarakat yang memiliki kebutuhan di seluruh Eropa untuk membela negara yang baru merdeka melawan kerajaan dan negara. Mereka mengklaim secara khusus terhadap Alma Mater Studiorum didasari oleh autonomi, diberikan terhadap gelar, dan pengaturan strukturan lainnya, membuat universitas tersebut menjadi institusi tertua yang terus beroperasi secara independen dari raja, penguasa, atau berbagai kekuasaan religius lainnya.
Di Eropa, seorang remaja melanjutkan ke universitas setelah mereka menyelesaikan studi mereka terhadap trivium, seni persiapan yang mencakup tata bahasa, retorika, dan dialektika atau logika, serta quadrivium, yang mencakup aritmatika, geometri, musik, dan astronomi.
Universitas menjadi populer di seluruh Eropa, sebagaimana penguasa dan pemerintah memulai untuk membuat sistem tersebut memuaskan keingintahuan penduduk Eropa terhadap ilmu pengetahuan, dan kepercayaan bahwa masyarakat harus mendapatkan manfaat dari pengalaman akademis yang disediakan oleh institusi tersebut. Pangeran dan pemimpin dari pemerintahan kota menerima keuntungan potensial dari ahli pendidikan yang dikembangkan dengan kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang sulit dan mendapatkan hasil yang diinginkan. Perkembangan humanisme merupakan esensi dari perkembangan universitas sebagaimana kebangkitan keingintahuan yang diperoleh dari teks-teks pada jaman yunani kuno.
Penemuan kembali karya Aristoteles, yang terdiri lebih dari 3000 halaman yang kemudian diterjemahkan, memberikan semangat untuk menyelidiki proses alam yang telah dimulai untuk dikembangkan kembali pada abad ke 12. Beberapa akademisi percaya bahwa karya tersebut mewakili salah satu penemuan dokumen paling penting dalam sejarah intelektualitas peradaban barat. Richard Dales, sebagai contoh, menyebut penemuan karya Aristoteles tersebut sebagai “titik balik dari sejarah pemikiran dunia barat.” Setelah Aristoteles menyebar kembali, komunitas akademis, yang umumnya berkomunikasi menggunakan bahasa Latin, mempercepat proses dan penerapan dengan berusaha memahami pemikiran yunani kuno, dan terutama pada ide yang berkaitan dengan pemahaman terhadap alam. Upaya dari ”scholaticism” ini difokuskan untuk menerapkan logika aristotelian dan pemikiran tentang alam menurut pesan yang terdapat di bible dan berusaha untuk membuktikan kebenaran pemikiran tersebut melalui penalaran. Upaya ini menjadi misi utama dari pengajar dan harapan dari pelajar.
st-andrews university
Budaya universitas berkembang berbeda di Eropa utara dibandingkan di selatan, meskipun mereka memiliki kesamaan yang dipelajari. Latin merupakan bahasa universitas yang digunakan pada seluruh teks, perkuliahan, perdebatan, dan pengujian. Profesor mengajar berdasarkan buku Aristoteles untuk logika, filsafat alam, dan metafisik. Sementara itu, Hippocrates, Galen, dan Ibnu Sina digunakan untuk obat-obatan. Di luar dari kesamaan tersebut, perbedaan besar yang terdapat pada universitas di utara dan selatan terdapat pada subjek utama yang diajarkan. Universitas di Italia berfokus pada hukum dan obat-obatan, sementara di utara berfokus pada seni dan teologi. Perbedaan tersebut membuat pelajar dapat menuju ke utara atau selatan berdasarkan ketertarikannya terhadap ilmu pengetahuan tertentu.
Selain itu, terdapat perbedaan pada gelar yang diberikan oleh masing-masing universitas. Universitas di Inggris, Prancis, dan Jerman biasanya memberikan gelar sarjana, dengan pengecualian gelar pada teologi, dimana gelar doktoral merupakan gelar yang lazim diberikan. Universtasi di Italia memberikan gelar doktoral. Perbedaan tersebut membuat perbedaan tujuan dari penerima gelar setelah lulus. Di utara, fokus lulusan universitas cenderung untuk mendapatkan posisi mengajar, sementara di selatan seringkali mengejar posisi profesional.
Akademisi seperti Arnold H. Green dan Hossein Nasr berpendapat bahwa sejak abad 10, beberapa madrasah islami telah menjadi universitas. Meskipun begitu, George Makdisi dan lainnya, universitas eropa tidaklah sama dengan univesitas di kehidupan islami pada abad pertengahan. Beberapa akademisi berpendapat bahwa universitas era awal abad pertengahan dipengaruhi oleh madrasah keagamaan di Al-Andalus. yaitu Emirate of Sicily, dan madrasah lainnya di wilayah timur tengah selama perang salib. Akademisi lainnya berpendapat bahwa pendapat ini dibuat-buat.
Sekarang universitas telah berkembang lagi tidak hanya mewadahi kebebasan akademis dan penelitian, melainkan juga menjadi struktur sosial dalam kehidupan masyarakat di suatu daerah. Di Indonesia, universitas juga turut berperan pada pergerakan ekonomi, politik, sosial budaya, dan keagamaan dimana organisasi-organisasi inter dan antar perguruan tinggi mewujudkan ide dan aspirasi mereka dalam berbagai tindakan. Meskipun tindakan yang dimunculkan tidak selalu positif, tetapi universitas telah memberikan warna tersendiri bagi kehidupan masyarakat Indonesia, terutama setelah memasuki abad ke 20.
- See more at: http://www.bglconline.com/2013/02/menjelajahi-asal-mula-universitas/#sthash.4NmbJqGj.dpuf
Wisuda, merupakan saat yang membahagiakan bagi orangtua karena anaknya telah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi dan siap menjelajahi dunia profesional agar mampu berkontribusi bagi kehidupan bangsa. Di Indonesia, terdapat berbagai bentuk perguruan tinggi seperti akademi, institut, universitas, politeknik, dan sekolah tinggi. Dalam pemahaman yang lebih umum di dunia internasional, level pendidikan tinggi merupakan jenjang yang sejajar dengan universitas. Bagaimana sejarah asal mula universitas?
Universitas merupakan insitusi dari penelitian dan lembaga yang lebih tinggi yang memberikan gelar akademis pada berbagai subjek dan menyediakan pendidikan untuk undergraduate dan postgraduate. Kata universitas merupakan bahasa latin yang berarti “kumpulan guru dan murid.”
Ide mengembangkan universitas berasal dari pemikiran kebebasan akademis. Bukti dokumen pertama bahwa universitas berlandaskan kebebasan akademis datang dari universitas pertama dalam kehidupan manusia. Universitas Bologna mengadopsi piagam akademis, Constitutio Habita, di tahun 1150-an, yang menjamin hak pelajar untuk menjadi bagian yang tak terhindarkan dari ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan. Saat ini, dokumen tersebut diklaim sebagai asal mula “kebebasan akademis”. Hal ini telah disepakati secara internasional pada 18 September 1988 dimana 430 rektor universitas dari berbagai dunia menandatangani Magna Charta Universitatum, yang menandai 900 tahun peringatan yayasan Bologna. Sejumlah universitas yang menandatangani Magna Charta Universitatum terus bertumbuh, dan menjadi bagian dari berbagai kemajuan akademis di seluruh dunia.
Universitas di era Medieval
Abad pertengahan merupakan asal mula bertumbuhnya paham dan pemikiran untuk pendirian universitas. Pendidikan tinggi Eropa berdiri ratusan tahun dalam bentuk Sekolah katedral kristen atau sekolah monastik (Scholae monasticae), dimana biarawan dan biarawati belajar disana. Bukti bahwa sekolah ini merupakan pelopor dari universitas yang berikutnya akan berkembang telah berdiri sejak abad ke 6 setelah masehi. Universitas pada awal abad pertengahan dikembangkan di bawah pengawasan gereja oleh sistem kepausan sebagai studia generalia (pengembangan sekolah katedral menjadi universitas kemudian menjadi langka, kecuali yang terjadi pada Universitas Paris). Kemudian, universitas juga didirikan oleh Raja (Universitas Naples Federico II, Universitas Charles di Praha, dan Universitas Jagiellonian di Krakow) atau pemerintah daerah (Universitas Cologne, dan Universitas Erfurt). Pada abad pertengahan awal, kebanyakan universitas baru didirikan oleh sekolah yang telah berdiri sebelumnya, dimana didasari oleh kebutuhan untuk menyelenggarakan pendidikan yang lebih tinggi.
university of bolognaUnivesitas Bologna didirikan sebagai sekolah hukum yang mengajari ius gentium atau hukum romawi dari masyarakat yang memiliki kebutuhan di seluruh Eropa untuk membela negara yang baru merdeka melawan kerajaan dan negara. Mereka mengklaim secara khusus terhadap Alma Mater Studiorum didasari oleh autonomi, diberikan terhadap gelar, dan pengaturan strukturan lainnya, membuat universitas tersebut menjadi institusi tertua yang terus beroperasi secara independen dari raja, penguasa, atau berbagai kekuasaan religius lainnya.
Di Eropa, seorang remaja melanjutkan ke universitas setelah mereka menyelesaikan studi mereka terhadap trivium, seni persiapan yang mencakup tata bahasa, retorika, dan dialektika atau logika, serta quadrivium, yang mencakup aritmatika, geometri, musik, dan astronomi.
Universitas menjadi populer di seluruh Eropa, sebagaimana penguasa dan pemerintah memulai untuk membuat sistem tersebut memuaskan keingintahuan penduduk Eropa terhadap ilmu pengetahuan, dan kepercayaan bahwa masyarakat harus mendapatkan manfaat dari pengalaman akademis yang disediakan oleh institusi tersebut. Pangeran dan pemimpin dari pemerintahan kota menerima keuntungan potensial dari ahli pendidikan yang dikembangkan dengan kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang sulit dan mendapatkan hasil yang diinginkan. Perkembangan humanisme merupakan esensi dari perkembangan universitas sebagaimana kebangkitan keingintahuan yang diperoleh dari teks-teks pada jaman yunani kuno.
Penemuan kembali karya Aristoteles, yang terdiri lebih dari 3000 halaman yang kemudian diterjemahkan, memberikan semangat untuk menyelidiki proses alam yang telah dimulai untuk dikembangkan kembali pada abad ke 12. Beberapa akademisi percaya bahwa karya tersebut mewakili salah satu penemuan dokumen paling penting dalam sejarah intelektualitas peradaban barat. Richard Dales, sebagai contoh, menyebut penemuan karya Aristoteles tersebut sebagai “titik balik dari sejarah pemikiran dunia barat.” Setelah Aristoteles menyebar kembali, komunitas akademis, yang umumnya berkomunikasi menggunakan bahasa Latin, mempercepat proses dan penerapan dengan berusaha memahami pemikiran yunani kuno, dan terutama pada ide yang berkaitan dengan pemahaman terhadap alam. Upaya dari ”scholaticism” ini difokuskan untuk menerapkan logika aristotelian dan pemikiran tentang alam menurut pesan yang terdapat di bible dan berusaha untuk membuktikan kebenaran pemikiran tersebut melalui penalaran. Upaya ini menjadi misi utama dari pengajar dan harapan dari pelajar.
st-andrews university
Budaya universitas berkembang berbeda di Eropa utara dibandingkan di selatan, meskipun mereka memiliki kesamaan yang dipelajari. Latin merupakan bahasa universitas yang digunakan pada seluruh teks, perkuliahan, perdebatan, dan pengujian. Profesor mengajar berdasarkan buku Aristoteles untuk logika, filsafat alam, dan metafisik. Sementara itu, Hippocrates, Galen, dan Ibnu Sina digunakan untuk obat-obatan. Di luar dari kesamaan tersebut, perbedaan besar yang terdapat pada universitas di utara dan selatan terdapat pada subjek utama yang diajarkan. Universitas di Italia berfokus pada hukum dan obat-obatan, sementara di utara berfokus pada seni dan teologi. Perbedaan tersebut membuat pelajar dapat menuju ke utara atau selatan berdasarkan ketertarikannya terhadap ilmu pengetahuan tertentu.
Selain itu, terdapat perbedaan pada gelar yang diberikan oleh masing-masing universitas. Universitas di Inggris, Prancis, dan Jerman biasanya memberikan gelar sarjana, dengan pengecualian gelar pada teologi, dimana gelar doktoral merupakan gelar yang lazim diberikan. Universtasi di Italia memberikan gelar doktoral. Perbedaan tersebut membuat perbedaan tujuan dari penerima gelar setelah lulus. Di utara, fokus lulusan universitas cenderung untuk mendapatkan posisi mengajar, sementara di selatan seringkali mengejar posisi profesional.
Akademisi seperti Arnold H. Green dan Hossein Nasr berpendapat bahwa sejak abad 10, beberapa madrasah islami telah menjadi universitas. Meskipun begitu, George Makdisi dan lainnya, universitas eropa tidaklah sama dengan univesitas di kehidupan islami pada abad pertengahan. Beberapa akademisi berpendapat bahwa universitas era awal abad pertengahan dipengaruhi oleh madrasah keagamaan di Al-Andalus. yaitu Emirate of Sicily, dan madrasah lainnya di wilayah timur tengah selama perang salib. Akademisi lainnya berpendapat bahwa pendapat ini dibuat-buat.
Sekarang universitas telah berkembang lagi tidak hanya mewadahi kebebasan akademis dan penelitian, melainkan juga menjadi struktur sosial dalam kehidupan masyarakat di suatu daerah. Di Indonesia, universitas juga turut berperan pada pergerakan ekonomi, politik, sosial budaya, dan keagamaan dimana organisasi-organisasi inter dan antar perguruan tinggi mewujudkan ide dan aspirasi mereka dalam berbagai tindakan. Meskipun tindakan yang dimunculkan tidak selalu positif, tetapi universitas telah memberikan warna tersendiri bagi kehidupan masyarakat Indonesia, terutama setelah memasuki abad ke 20.
- See more at: http://www.bglconline.com/2013/02/menjelajahi-asal-mula-universitas/#sthash.4NmbJqGj.dpuf

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Belangganan

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Sponsor

Translate

Popular Post

Total Pageviews

upan hirosama raiydn. Powered by Blogger.

- Copyright © Blogger Anak Pesut -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -