Archive for March 2014
History Universitas
Menjelajahi Asal Mula Universitas
Wisuda, merupakan saat yang membahagiakan bagi orangtua karena anaknya telah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi dan siap menjelajahi dunia profesional agar mampu berkontribusi bagi kehidupan bangsa. Di Indonesia, terdapat berbagai bentuk perguruan tinggi seperti akademi, institut, universitas, politeknik, dan sekolah tinggi. Dalam pemahaman yang lebih umum di dunia internasional, level pendidikan tinggi merupakan jenjang yang sejajar dengan universitas. Bagaimana sejarah asal mula universitas?Universitas merupakan insitusi dari penelitian dan lembaga yang lebih tinggi yang memberikan gelar akademis pada berbagai subjek dan menyediakan pendidikan untuk undergraduate dan postgraduate. Kata universitas merupakan bahasa latin yang berarti “kumpulan guru dan murid.”
Ide mengembangkan universitas berasal dari pemikiran kebebasan akademis. Bukti dokumen pertama bahwa universitas berlandaskan kebebasan akademis datang dari universitas pertama dalam kehidupan manusia. Universitas Bologna mengadopsi piagam akademis, Constitutio Habita, di tahun 1150-an, yang menjamin hak pelajar untuk menjadi bagian yang tak terhindarkan dari ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan. Saat ini, dokumen tersebut diklaim sebagai asal mula “kebebasan akademis”. Hal ini telah disepakati secara internasional pada 18 September 1988 dimana 430 rektor universitas dari berbagai dunia menandatangani Magna Charta Universitatum, yang menandai 900 tahun peringatan yayasan Bologna. Sejumlah universitas yang menandatangani Magna Charta Universitatum terus bertumbuh, dan menjadi bagian dari berbagai kemajuan akademis di seluruh dunia.
Universitas di era Medieval
Abad pertengahan merupakan asal mula bertumbuhnya paham dan pemikiran untuk pendirian universitas. Pendidikan tinggi Eropa berdiri ratusan tahun dalam bentuk Sekolah katedral kristen atau sekolah monastik (Scholae monasticae), dimana biarawan dan biarawati belajar disana. Bukti bahwa sekolah ini merupakan pelopor dari universitas yang berikutnya akan berkembang telah berdiri sejak abad ke 6 setelah masehi. Universitas pada awal abad pertengahan dikembangkan di bawah pengawasan gereja oleh sistem kepausan sebagai studia generalia (pengembangan sekolah katedral menjadi universitas kemudian menjadi langka, kecuali yang terjadi pada Universitas Paris). Kemudian, universitas juga didirikan oleh Raja (Universitas Naples Federico II, Universitas Charles di Praha, dan Universitas Jagiellonian di Krakow) atau pemerintah daerah (Universitas Cologne, dan Universitas Erfurt). Pada abad pertengahan awal, kebanyakan universitas baru didirikan oleh sekolah yang telah berdiri sebelumnya, dimana didasari oleh kebutuhan untuk menyelenggarakan pendidikan yang lebih tinggi.
Univesitas Bologna didirikan sebagai sekolah hukum yang mengajari ius gentium atau hukum romawi dari masyarakat yang memiliki kebutuhan di seluruh Eropa untuk membela negara yang baru merdeka melawan kerajaan dan negara. Mereka mengklaim secara khusus terhadap Alma Mater Studiorum didasari oleh autonomi, diberikan terhadap gelar, dan pengaturan strukturan lainnya, membuat universitas tersebut menjadi institusi tertua yang terus beroperasi secara independen dari raja, penguasa, atau berbagai kekuasaan religius lainnya.
Di Eropa, seorang remaja melanjutkan ke universitas setelah mereka menyelesaikan studi mereka terhadap trivium, seni persiapan yang mencakup tata bahasa, retorika, dan dialektika atau logika, serta quadrivium, yang mencakup aritmatika, geometri, musik, dan astronomi.
Universitas menjadi populer di seluruh Eropa, sebagaimana penguasa dan pemerintah memulai untuk membuat sistem tersebut memuaskan keingintahuan penduduk Eropa terhadap ilmu pengetahuan, dan kepercayaan bahwa masyarakat harus mendapatkan manfaat dari pengalaman akademis yang disediakan oleh institusi tersebut. Pangeran dan pemimpin dari pemerintahan kota menerima keuntungan potensial dari ahli pendidikan yang dikembangkan dengan kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang sulit dan mendapatkan hasil yang diinginkan. Perkembangan humanisme merupakan esensi dari perkembangan universitas sebagaimana kebangkitan keingintahuan yang diperoleh dari teks-teks pada jaman yunani kuno.
Penemuan kembali karya Aristoteles, yang
terdiri lebih dari 3000 halaman yang kemudian diterjemahkan, memberikan
semangat untuk menyelidiki proses alam yang telah dimulai untuk
dikembangkan kembali pada abad ke 12. Beberapa akademisi percaya bahwa
karya tersebut mewakili salah satu penemuan dokumen paling penting dalam
sejarah intelektualitas peradaban barat. Richard Dales, sebagai contoh,
menyebut penemuan karya Aristoteles tersebut sebagai “titik balik dari
sejarah pemikiran dunia barat.” Setelah Aristoteles menyebar kembali,
komunitas akademis, yang umumnya berkomunikasi menggunakan bahasa Latin,
mempercepat proses dan penerapan dengan berusaha memahami pemikiran
yunani kuno, dan terutama pada ide yang berkaitan dengan pemahaman
terhadap alam. Upaya dari ”scholaticism” ini difokuskan untuk menerapkan logika aristotelian dan pemikiran tentang alam menurut pesan yang terdapat di bible
dan berusaha untuk membuktikan kebenaran pemikiran tersebut melalui
penalaran. Upaya ini menjadi misi utama dari pengajar dan harapan dari
pelajar.
Budaya universitas berkembang berbeda di
Eropa utara dibandingkan di selatan, meskipun mereka memiliki kesamaan
yang dipelajari. Latin merupakan bahasa universitas yang digunakan pada
seluruh teks, perkuliahan, perdebatan, dan pengujian. Profesor mengajar
berdasarkan buku Aristoteles untuk logika, filsafat alam, dan metafisik.
Sementara itu, Hippocrates, Galen, dan Ibnu Sina digunakan untuk
obat-obatan. Di luar dari kesamaan tersebut, perbedaan besar yang
terdapat pada universitas di utara dan selatan terdapat pada subjek
utama yang diajarkan. Universitas di Italia berfokus pada hukum dan
obat-obatan, sementara di utara berfokus pada seni dan teologi.
Perbedaan tersebut membuat pelajar dapat menuju ke utara atau selatan
berdasarkan ketertarikannya terhadap ilmu pengetahuan tertentu.
Selain itu, terdapat perbedaan pada gelar yang diberikan oleh
masing-masing universitas. Universitas di Inggris, Prancis, dan Jerman
biasanya memberikan gelar sarjana, dengan pengecualian gelar pada
teologi, dimana gelar doktoral merupakan gelar yang lazim diberikan.
Universtasi di Italia memberikan gelar doktoral. Perbedaan tersebut
membuat perbedaan tujuan dari penerima gelar setelah lulus. Di utara,
fokus lulusan universitas cenderung untuk mendapatkan posisi mengajar,
sementara di selatan seringkali mengejar posisi profesional.Akademisi seperti Arnold H. Green dan Hossein Nasr berpendapat bahwa sejak abad 10, beberapa madrasah islami telah menjadi universitas. Meskipun begitu, George Makdisi dan lainnya, universitas eropa tidaklah sama dengan univesitas di kehidupan islami pada abad pertengahan. Beberapa akademisi berpendapat bahwa universitas era awal abad pertengahan dipengaruhi oleh madrasah keagamaan di Al-Andalus. yaitu Emirate of Sicily, dan madrasah lainnya di wilayah timur tengah selama perang salib. Akademisi lainnya berpendapat bahwa pendapat ini dibuat-buat.
Sekarang universitas telah berkembang lagi tidak hanya mewadahi kebebasan akademis dan penelitian, melainkan juga menjadi struktur sosial dalam kehidupan masyarakat di suatu daerah. Di Indonesia, universitas juga turut berperan pada pergerakan ekonomi, politik, sosial budaya, dan keagamaan dimana organisasi-organisasi inter dan antar perguruan tinggi mewujudkan ide dan aspirasi mereka dalam berbagai tindakan. Meskipun tindakan yang dimunculkan tidak selalu positif, tetapi universitas telah memberikan warna tersendiri bagi kehidupan masyarakat Indonesia, terutama setelah memasuki abad ke 20.
Wisuda,
merupakan saat yang membahagiakan bagi orangtua karena anaknya telah
menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi dan siap menjelajahi dunia
profesional agar mampu berkontribusi bagi kehidupan bangsa. Di
Indonesia, terdapat berbagai bentuk perguruan tinggi seperti akademi,
institut, universitas, politeknik, dan sekolah tinggi. Dalam pemahaman
yang lebih umum di dunia internasional, level pendidikan tinggi
merupakan jenjang yang sejajar dengan universitas. Bagaimana sejarah
asal mula universitas?
Universitas merupakan insitusi dari penelitian dan lembaga yang lebih tinggi yang memberikan gelar akademis pada berbagai subjek dan menyediakan pendidikan untuk undergraduate dan postgraduate. Kata universitas merupakan bahasa latin yang berarti “kumpulan guru dan murid.”
Ide mengembangkan universitas berasal dari pemikiran kebebasan akademis. Bukti dokumen pertama bahwa universitas berlandaskan kebebasan akademis datang dari universitas pertama dalam kehidupan manusia. Universitas Bologna mengadopsi piagam akademis, Constitutio Habita, di tahun 1150-an, yang menjamin hak pelajar untuk menjadi bagian yang tak terhindarkan dari ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan. Saat ini, dokumen tersebut diklaim sebagai asal mula “kebebasan akademis”. Hal ini telah disepakati secara internasional pada 18 September 1988 dimana 430 rektor universitas dari berbagai dunia menandatangani Magna Charta Universitatum, yang menandai 900 tahun peringatan yayasan Bologna. Sejumlah universitas yang menandatangani Magna Charta Universitatum terus bertumbuh, dan menjadi bagian dari berbagai kemajuan akademis di seluruh dunia.
Universitas di era Medieval
Abad pertengahan merupakan asal mula bertumbuhnya paham dan pemikiran untuk pendirian universitas. Pendidikan tinggi Eropa berdiri ratusan tahun dalam bentuk Sekolah katedral kristen atau sekolah monastik (Scholae monasticae), dimana biarawan dan biarawati belajar disana. Bukti bahwa sekolah ini merupakan pelopor dari universitas yang berikutnya akan berkembang telah berdiri sejak abad ke 6 setelah masehi. Universitas pada awal abad pertengahan dikembangkan di bawah pengawasan gereja oleh sistem kepausan sebagai studia generalia (pengembangan sekolah katedral menjadi universitas kemudian menjadi langka, kecuali yang terjadi pada Universitas Paris). Kemudian, universitas juga didirikan oleh Raja (Universitas Naples Federico II, Universitas Charles di Praha, dan Universitas Jagiellonian di Krakow) atau pemerintah daerah (Universitas Cologne, dan Universitas Erfurt). Pada abad pertengahan awal, kebanyakan universitas baru didirikan oleh sekolah yang telah berdiri sebelumnya, dimana didasari oleh kebutuhan untuk menyelenggarakan pendidikan yang lebih tinggi.
Univesitas Bologna didirikan sebagai sekolah hukum yang mengajari ius gentium atau hukum romawi dari masyarakat yang memiliki kebutuhan di seluruh Eropa untuk membela negara yang baru merdeka melawan kerajaan dan negara. Mereka mengklaim secara khusus terhadap Alma Mater Studiorum didasari oleh autonomi, diberikan terhadap gelar, dan pengaturan strukturan lainnya, membuat universitas tersebut menjadi institusi tertua yang terus beroperasi secara independen dari raja, penguasa, atau berbagai kekuasaan religius lainnya.
Di Eropa, seorang remaja melanjutkan ke universitas setelah mereka menyelesaikan studi mereka terhadap trivium, seni persiapan yang mencakup tata bahasa, retorika, dan dialektika atau logika, serta quadrivium, yang mencakup aritmatika, geometri, musik, dan astronomi.
Universitas menjadi populer di seluruh Eropa, sebagaimana penguasa dan pemerintah memulai untuk membuat sistem tersebut memuaskan keingintahuan penduduk Eropa terhadap ilmu pengetahuan, dan kepercayaan bahwa masyarakat harus mendapatkan manfaat dari pengalaman akademis yang disediakan oleh institusi tersebut. Pangeran dan pemimpin dari pemerintahan kota menerima keuntungan potensial dari ahli pendidikan yang dikembangkan dengan kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang sulit dan mendapatkan hasil yang diinginkan. Perkembangan humanisme merupakan esensi dari perkembangan universitas sebagaimana kebangkitan keingintahuan yang diperoleh dari teks-teks pada jaman yunani kuno.
Akademisi seperti Arnold H. Green dan Hossein Nasr berpendapat bahwa sejak abad 10, beberapa madrasah islami telah menjadi universitas. Meskipun begitu, George Makdisi dan lainnya, universitas eropa tidaklah sama dengan univesitas di kehidupan islami pada abad pertengahan. Beberapa akademisi berpendapat bahwa universitas era awal abad pertengahan dipengaruhi oleh madrasah keagamaan di Al-Andalus. yaitu Emirate of Sicily, dan madrasah lainnya di wilayah timur tengah selama perang salib. Akademisi lainnya berpendapat bahwa pendapat ini dibuat-buat.
Sekarang universitas telah berkembang lagi tidak hanya mewadahi kebebasan akademis dan penelitian, melainkan juga menjadi struktur sosial dalam kehidupan masyarakat di suatu daerah. Di Indonesia, universitas juga turut berperan pada pergerakan ekonomi, politik, sosial budaya, dan keagamaan dimana organisasi-organisasi inter dan antar perguruan tinggi mewujudkan ide dan aspirasi mereka dalam berbagai tindakan. Meskipun tindakan yang dimunculkan tidak selalu positif, tetapi universitas telah memberikan warna tersendiri bagi kehidupan masyarakat Indonesia, terutama setelah memasuki abad ke 20.
- See more at: http://www.bglconline.com/2013/02/menjelajahi-asal-mula-universitas/#sthash.4NmbJqGj.dpuf
Universitas merupakan insitusi dari penelitian dan lembaga yang lebih tinggi yang memberikan gelar akademis pada berbagai subjek dan menyediakan pendidikan untuk undergraduate dan postgraduate. Kata universitas merupakan bahasa latin yang berarti “kumpulan guru dan murid.”
Ide mengembangkan universitas berasal dari pemikiran kebebasan akademis. Bukti dokumen pertama bahwa universitas berlandaskan kebebasan akademis datang dari universitas pertama dalam kehidupan manusia. Universitas Bologna mengadopsi piagam akademis, Constitutio Habita, di tahun 1150-an, yang menjamin hak pelajar untuk menjadi bagian yang tak terhindarkan dari ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan. Saat ini, dokumen tersebut diklaim sebagai asal mula “kebebasan akademis”. Hal ini telah disepakati secara internasional pada 18 September 1988 dimana 430 rektor universitas dari berbagai dunia menandatangani Magna Charta Universitatum, yang menandai 900 tahun peringatan yayasan Bologna. Sejumlah universitas yang menandatangani Magna Charta Universitatum terus bertumbuh, dan menjadi bagian dari berbagai kemajuan akademis di seluruh dunia.
Universitas di era Medieval
Abad pertengahan merupakan asal mula bertumbuhnya paham dan pemikiran untuk pendirian universitas. Pendidikan tinggi Eropa berdiri ratusan tahun dalam bentuk Sekolah katedral kristen atau sekolah monastik (Scholae monasticae), dimana biarawan dan biarawati belajar disana. Bukti bahwa sekolah ini merupakan pelopor dari universitas yang berikutnya akan berkembang telah berdiri sejak abad ke 6 setelah masehi. Universitas pada awal abad pertengahan dikembangkan di bawah pengawasan gereja oleh sistem kepausan sebagai studia generalia (pengembangan sekolah katedral menjadi universitas kemudian menjadi langka, kecuali yang terjadi pada Universitas Paris). Kemudian, universitas juga didirikan oleh Raja (Universitas Naples Federico II, Universitas Charles di Praha, dan Universitas Jagiellonian di Krakow) atau pemerintah daerah (Universitas Cologne, dan Universitas Erfurt). Pada abad pertengahan awal, kebanyakan universitas baru didirikan oleh sekolah yang telah berdiri sebelumnya, dimana didasari oleh kebutuhan untuk menyelenggarakan pendidikan yang lebih tinggi.
Univesitas Bologna didirikan sebagai sekolah hukum yang mengajari ius gentium atau hukum romawi dari masyarakat yang memiliki kebutuhan di seluruh Eropa untuk membela negara yang baru merdeka melawan kerajaan dan negara. Mereka mengklaim secara khusus terhadap Alma Mater Studiorum didasari oleh autonomi, diberikan terhadap gelar, dan pengaturan strukturan lainnya, membuat universitas tersebut menjadi institusi tertua yang terus beroperasi secara independen dari raja, penguasa, atau berbagai kekuasaan religius lainnya.
Di Eropa, seorang remaja melanjutkan ke universitas setelah mereka menyelesaikan studi mereka terhadap trivium, seni persiapan yang mencakup tata bahasa, retorika, dan dialektika atau logika, serta quadrivium, yang mencakup aritmatika, geometri, musik, dan astronomi.
Universitas menjadi populer di seluruh Eropa, sebagaimana penguasa dan pemerintah memulai untuk membuat sistem tersebut memuaskan keingintahuan penduduk Eropa terhadap ilmu pengetahuan, dan kepercayaan bahwa masyarakat harus mendapatkan manfaat dari pengalaman akademis yang disediakan oleh institusi tersebut. Pangeran dan pemimpin dari pemerintahan kota menerima keuntungan potensial dari ahli pendidikan yang dikembangkan dengan kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang sulit dan mendapatkan hasil yang diinginkan. Perkembangan humanisme merupakan esensi dari perkembangan universitas sebagaimana kebangkitan keingintahuan yang diperoleh dari teks-teks pada jaman yunani kuno.
Penemuan kembali karya Aristoteles, yang
terdiri lebih dari 3000 halaman yang kemudian diterjemahkan, memberikan
semangat untuk menyelidiki proses alam yang telah dimulai untuk
dikembangkan kembali pada abad ke 12. Beberapa akademisi percaya bahwa
karya tersebut mewakili salah satu penemuan dokumen paling penting dalam
sejarah intelektualitas peradaban barat. Richard Dales, sebagai contoh,
menyebut penemuan karya Aristoteles tersebut sebagai “titik balik dari
sejarah pemikiran dunia barat.” Setelah Aristoteles menyebar kembali,
komunitas akademis, yang umumnya berkomunikasi menggunakan bahasa Latin,
mempercepat proses dan penerapan dengan berusaha memahami pemikiran
yunani kuno, dan terutama pada ide yang berkaitan dengan pemahaman
terhadap alam. Upaya dari ”scholaticism” ini difokuskan untuk menerapkan logika aristotelian dan pemikiran tentang alam menurut pesan yang terdapat di bible
dan berusaha untuk membuktikan kebenaran pemikiran tersebut melalui
penalaran. Upaya ini menjadi misi utama dari pengajar dan harapan dari
pelajar.
Budaya universitas berkembang berbeda di
Eropa utara dibandingkan di selatan, meskipun mereka memiliki kesamaan
yang dipelajari. Latin merupakan bahasa universitas yang digunakan pada
seluruh teks, perkuliahan, perdebatan, dan pengujian. Profesor mengajar
berdasarkan buku Aristoteles untuk logika, filsafat alam, dan metafisik.
Sementara itu, Hippocrates, Galen, dan Ibnu Sina digunakan untuk
obat-obatan. Di luar dari kesamaan tersebut, perbedaan besar yang
terdapat pada universitas di utara dan selatan terdapat pada subjek
utama yang diajarkan. Universitas di Italia berfokus pada hukum dan
obat-obatan, sementara di utara berfokus pada seni dan teologi.
Perbedaan tersebut membuat pelajar dapat menuju ke utara atau selatan
berdasarkan ketertarikannya terhadap ilmu pengetahuan tertentu.
Selain itu, terdapat perbedaan pada gelar yang diberikan oleh
masing-masing universitas. Universitas di Inggris, Prancis, dan Jerman
biasanya memberikan gelar sarjana, dengan pengecualian gelar pada
teologi, dimana gelar doktoral merupakan gelar yang lazim diberikan.
Universtasi di Italia memberikan gelar doktoral. Perbedaan tersebut
membuat perbedaan tujuan dari penerima gelar setelah lulus. Di utara,
fokus lulusan universitas cenderung untuk mendapatkan posisi mengajar,
sementara di selatan seringkali mengejar posisi profesional.Akademisi seperti Arnold H. Green dan Hossein Nasr berpendapat bahwa sejak abad 10, beberapa madrasah islami telah menjadi universitas. Meskipun begitu, George Makdisi dan lainnya, universitas eropa tidaklah sama dengan univesitas di kehidupan islami pada abad pertengahan. Beberapa akademisi berpendapat bahwa universitas era awal abad pertengahan dipengaruhi oleh madrasah keagamaan di Al-Andalus. yaitu Emirate of Sicily, dan madrasah lainnya di wilayah timur tengah selama perang salib. Akademisi lainnya berpendapat bahwa pendapat ini dibuat-buat.
Sekarang universitas telah berkembang lagi tidak hanya mewadahi kebebasan akademis dan penelitian, melainkan juga menjadi struktur sosial dalam kehidupan masyarakat di suatu daerah. Di Indonesia, universitas juga turut berperan pada pergerakan ekonomi, politik, sosial budaya, dan keagamaan dimana organisasi-organisasi inter dan antar perguruan tinggi mewujudkan ide dan aspirasi mereka dalam berbagai tindakan. Meskipun tindakan yang dimunculkan tidak selalu positif, tetapi universitas telah memberikan warna tersendiri bagi kehidupan masyarakat Indonesia, terutama setelah memasuki abad ke 20.
- See more at: http://www.bglconline.com/2013/02/menjelajahi-asal-mula-universitas/#sthash.4NmbJqGj.dpuf
Wisuda,
merupakan saat yang membahagiakan bagi orangtua karena anaknya telah
menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi dan siap menjelajahi dunia
profesional agar mampu berkontribusi bagi kehidupan bangsa. Di
Indonesia, terdapat berbagai bentuk perguruan tinggi seperti akademi,
institut, universitas, politeknik, dan sekolah tinggi. Dalam pemahaman
yang lebih umum di dunia internasional, level pendidikan tinggi
merupakan jenjang yang sejajar dengan universitas. Bagaimana sejarah
asal mula universitas?
Universitas merupakan insitusi dari penelitian dan lembaga yang lebih tinggi yang memberikan gelar akademis pada berbagai subjek dan menyediakan pendidikan untuk undergraduate dan postgraduate. Kata universitas merupakan bahasa latin yang berarti “kumpulan guru dan murid.”
Ide mengembangkan universitas berasal dari pemikiran kebebasan akademis. Bukti dokumen pertama bahwa universitas berlandaskan kebebasan akademis datang dari universitas pertama dalam kehidupan manusia. Universitas Bologna mengadopsi piagam akademis, Constitutio Habita, di tahun 1150-an, yang menjamin hak pelajar untuk menjadi bagian yang tak terhindarkan dari ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan. Saat ini, dokumen tersebut diklaim sebagai asal mula “kebebasan akademis”. Hal ini telah disepakati secara internasional pada 18 September 1988 dimana 430 rektor universitas dari berbagai dunia menandatangani Magna Charta Universitatum, yang menandai 900 tahun peringatan yayasan Bologna. Sejumlah universitas yang menandatangani Magna Charta Universitatum terus bertumbuh, dan menjadi bagian dari berbagai kemajuan akademis di seluruh dunia.
Universitas di era Medieval
Abad pertengahan merupakan asal mula bertumbuhnya paham dan pemikiran untuk pendirian universitas. Pendidikan tinggi Eropa berdiri ratusan tahun dalam bentuk Sekolah katedral kristen atau sekolah monastik (Scholae monasticae), dimana biarawan dan biarawati belajar disana. Bukti bahwa sekolah ini merupakan pelopor dari universitas yang berikutnya akan berkembang telah berdiri sejak abad ke 6 setelah masehi. Universitas pada awal abad pertengahan dikembangkan di bawah pengawasan gereja oleh sistem kepausan sebagai studia generalia (pengembangan sekolah katedral menjadi universitas kemudian menjadi langka, kecuali yang terjadi pada Universitas Paris). Kemudian, universitas juga didirikan oleh Raja (Universitas Naples Federico II, Universitas Charles di Praha, dan Universitas Jagiellonian di Krakow) atau pemerintah daerah (Universitas Cologne, dan Universitas Erfurt). Pada abad pertengahan awal, kebanyakan universitas baru didirikan oleh sekolah yang telah berdiri sebelumnya, dimana didasari oleh kebutuhan untuk menyelenggarakan pendidikan yang lebih tinggi.
Univesitas Bologna didirikan sebagai sekolah hukum yang mengajari ius gentium atau hukum romawi dari masyarakat yang memiliki kebutuhan di seluruh Eropa untuk membela negara yang baru merdeka melawan kerajaan dan negara. Mereka mengklaim secara khusus terhadap Alma Mater Studiorum didasari oleh autonomi, diberikan terhadap gelar, dan pengaturan strukturan lainnya, membuat universitas tersebut menjadi institusi tertua yang terus beroperasi secara independen dari raja, penguasa, atau berbagai kekuasaan religius lainnya.
Di Eropa, seorang remaja melanjutkan ke universitas setelah mereka menyelesaikan studi mereka terhadap trivium, seni persiapan yang mencakup tata bahasa, retorika, dan dialektika atau logika, serta quadrivium, yang mencakup aritmatika, geometri, musik, dan astronomi.
Universitas menjadi populer di seluruh Eropa, sebagaimana penguasa dan pemerintah memulai untuk membuat sistem tersebut memuaskan keingintahuan penduduk Eropa terhadap ilmu pengetahuan, dan kepercayaan bahwa masyarakat harus mendapatkan manfaat dari pengalaman akademis yang disediakan oleh institusi tersebut. Pangeran dan pemimpin dari pemerintahan kota menerima keuntungan potensial dari ahli pendidikan yang dikembangkan dengan kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang sulit dan mendapatkan hasil yang diinginkan. Perkembangan humanisme merupakan esensi dari perkembangan universitas sebagaimana kebangkitan keingintahuan yang diperoleh dari teks-teks pada jaman yunani kuno.
Akademisi seperti Arnold H. Green dan Hossein Nasr berpendapat bahwa sejak abad 10, beberapa madrasah islami telah menjadi universitas. Meskipun begitu, George Makdisi dan lainnya, universitas eropa tidaklah sama dengan univesitas di kehidupan islami pada abad pertengahan. Beberapa akademisi berpendapat bahwa universitas era awal abad pertengahan dipengaruhi oleh madrasah keagamaan di Al-Andalus. yaitu Emirate of Sicily, dan madrasah lainnya di wilayah timur tengah selama perang salib. Akademisi lainnya berpendapat bahwa pendapat ini dibuat-buat.
Sekarang universitas telah berkembang lagi tidak hanya mewadahi kebebasan akademis dan penelitian, melainkan juga menjadi struktur sosial dalam kehidupan masyarakat di suatu daerah. Di Indonesia, universitas juga turut berperan pada pergerakan ekonomi, politik, sosial budaya, dan keagamaan dimana organisasi-organisasi inter dan antar perguruan tinggi mewujudkan ide dan aspirasi mereka dalam berbagai tindakan. Meskipun tindakan yang dimunculkan tidak selalu positif, tetapi universitas telah memberikan warna tersendiri bagi kehidupan masyarakat Indonesia, terutama setelah memasuki abad ke 20.
- See more at: http://www.bglconline.com/2013/02/menjelajahi-asal-mula-universitas/#sthash.4NmbJqGj.dpuf
Universitas merupakan insitusi dari penelitian dan lembaga yang lebih tinggi yang memberikan gelar akademis pada berbagai subjek dan menyediakan pendidikan untuk undergraduate dan postgraduate. Kata universitas merupakan bahasa latin yang berarti “kumpulan guru dan murid.”
Ide mengembangkan universitas berasal dari pemikiran kebebasan akademis. Bukti dokumen pertama bahwa universitas berlandaskan kebebasan akademis datang dari universitas pertama dalam kehidupan manusia. Universitas Bologna mengadopsi piagam akademis, Constitutio Habita, di tahun 1150-an, yang menjamin hak pelajar untuk menjadi bagian yang tak terhindarkan dari ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan. Saat ini, dokumen tersebut diklaim sebagai asal mula “kebebasan akademis”. Hal ini telah disepakati secara internasional pada 18 September 1988 dimana 430 rektor universitas dari berbagai dunia menandatangani Magna Charta Universitatum, yang menandai 900 tahun peringatan yayasan Bologna. Sejumlah universitas yang menandatangani Magna Charta Universitatum terus bertumbuh, dan menjadi bagian dari berbagai kemajuan akademis di seluruh dunia.
Universitas di era Medieval
Abad pertengahan merupakan asal mula bertumbuhnya paham dan pemikiran untuk pendirian universitas. Pendidikan tinggi Eropa berdiri ratusan tahun dalam bentuk Sekolah katedral kristen atau sekolah monastik (Scholae monasticae), dimana biarawan dan biarawati belajar disana. Bukti bahwa sekolah ini merupakan pelopor dari universitas yang berikutnya akan berkembang telah berdiri sejak abad ke 6 setelah masehi. Universitas pada awal abad pertengahan dikembangkan di bawah pengawasan gereja oleh sistem kepausan sebagai studia generalia (pengembangan sekolah katedral menjadi universitas kemudian menjadi langka, kecuali yang terjadi pada Universitas Paris). Kemudian, universitas juga didirikan oleh Raja (Universitas Naples Federico II, Universitas Charles di Praha, dan Universitas Jagiellonian di Krakow) atau pemerintah daerah (Universitas Cologne, dan Universitas Erfurt). Pada abad pertengahan awal, kebanyakan universitas baru didirikan oleh sekolah yang telah berdiri sebelumnya, dimana didasari oleh kebutuhan untuk menyelenggarakan pendidikan yang lebih tinggi.
Univesitas Bologna didirikan sebagai sekolah hukum yang mengajari ius gentium atau hukum romawi dari masyarakat yang memiliki kebutuhan di seluruh Eropa untuk membela negara yang baru merdeka melawan kerajaan dan negara. Mereka mengklaim secara khusus terhadap Alma Mater Studiorum didasari oleh autonomi, diberikan terhadap gelar, dan pengaturan strukturan lainnya, membuat universitas tersebut menjadi institusi tertua yang terus beroperasi secara independen dari raja, penguasa, atau berbagai kekuasaan religius lainnya.
Di Eropa, seorang remaja melanjutkan ke universitas setelah mereka menyelesaikan studi mereka terhadap trivium, seni persiapan yang mencakup tata bahasa, retorika, dan dialektika atau logika, serta quadrivium, yang mencakup aritmatika, geometri, musik, dan astronomi.
Universitas menjadi populer di seluruh Eropa, sebagaimana penguasa dan pemerintah memulai untuk membuat sistem tersebut memuaskan keingintahuan penduduk Eropa terhadap ilmu pengetahuan, dan kepercayaan bahwa masyarakat harus mendapatkan manfaat dari pengalaman akademis yang disediakan oleh institusi tersebut. Pangeran dan pemimpin dari pemerintahan kota menerima keuntungan potensial dari ahli pendidikan yang dikembangkan dengan kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang sulit dan mendapatkan hasil yang diinginkan. Perkembangan humanisme merupakan esensi dari perkembangan universitas sebagaimana kebangkitan keingintahuan yang diperoleh dari teks-teks pada jaman yunani kuno.
Penemuan kembali karya Aristoteles, yang
terdiri lebih dari 3000 halaman yang kemudian diterjemahkan, memberikan
semangat untuk menyelidiki proses alam yang telah dimulai untuk
dikembangkan kembali pada abad ke 12. Beberapa akademisi percaya bahwa
karya tersebut mewakili salah satu penemuan dokumen paling penting dalam
sejarah intelektualitas peradaban barat. Richard Dales, sebagai contoh,
menyebut penemuan karya Aristoteles tersebut sebagai “titik balik dari
sejarah pemikiran dunia barat.” Setelah Aristoteles menyebar kembali,
komunitas akademis, yang umumnya berkomunikasi menggunakan bahasa Latin,
mempercepat proses dan penerapan dengan berusaha memahami pemikiran
yunani kuno, dan terutama pada ide yang berkaitan dengan pemahaman
terhadap alam. Upaya dari ”scholaticism” ini difokuskan untuk menerapkan logika aristotelian dan pemikiran tentang alam menurut pesan yang terdapat di bible
dan berusaha untuk membuktikan kebenaran pemikiran tersebut melalui
penalaran. Upaya ini menjadi misi utama dari pengajar dan harapan dari
pelajar.
Budaya universitas berkembang berbeda di
Eropa utara dibandingkan di selatan, meskipun mereka memiliki kesamaan
yang dipelajari. Latin merupakan bahasa universitas yang digunakan pada
seluruh teks, perkuliahan, perdebatan, dan pengujian. Profesor mengajar
berdasarkan buku Aristoteles untuk logika, filsafat alam, dan metafisik.
Sementara itu, Hippocrates, Galen, dan Ibnu Sina digunakan untuk
obat-obatan. Di luar dari kesamaan tersebut, perbedaan besar yang
terdapat pada universitas di utara dan selatan terdapat pada subjek
utama yang diajarkan. Universitas di Italia berfokus pada hukum dan
obat-obatan, sementara di utara berfokus pada seni dan teologi.
Perbedaan tersebut membuat pelajar dapat menuju ke utara atau selatan
berdasarkan ketertarikannya terhadap ilmu pengetahuan tertentu.
Selain itu, terdapat perbedaan pada gelar yang diberikan oleh
masing-masing universitas. Universitas di Inggris, Prancis, dan Jerman
biasanya memberikan gelar sarjana, dengan pengecualian gelar pada
teologi, dimana gelar doktoral merupakan gelar yang lazim diberikan.
Universtasi di Italia memberikan gelar doktoral. Perbedaan tersebut
membuat perbedaan tujuan dari penerima gelar setelah lulus. Di utara,
fokus lulusan universitas cenderung untuk mendapatkan posisi mengajar,
sementara di selatan seringkali mengejar posisi profesional.Akademisi seperti Arnold H. Green dan Hossein Nasr berpendapat bahwa sejak abad 10, beberapa madrasah islami telah menjadi universitas. Meskipun begitu, George Makdisi dan lainnya, universitas eropa tidaklah sama dengan univesitas di kehidupan islami pada abad pertengahan. Beberapa akademisi berpendapat bahwa universitas era awal abad pertengahan dipengaruhi oleh madrasah keagamaan di Al-Andalus. yaitu Emirate of Sicily, dan madrasah lainnya di wilayah timur tengah selama perang salib. Akademisi lainnya berpendapat bahwa pendapat ini dibuat-buat.
Sekarang universitas telah berkembang lagi tidak hanya mewadahi kebebasan akademis dan penelitian, melainkan juga menjadi struktur sosial dalam kehidupan masyarakat di suatu daerah. Di Indonesia, universitas juga turut berperan pada pergerakan ekonomi, politik, sosial budaya, dan keagamaan dimana organisasi-organisasi inter dan antar perguruan tinggi mewujudkan ide dan aspirasi mereka dalam berbagai tindakan. Meskipun tindakan yang dimunculkan tidak selalu positif, tetapi universitas telah memberikan warna tersendiri bagi kehidupan masyarakat Indonesia, terutama setelah memasuki abad ke 20.
- See more at: http://www.bglconline.com/2013/02/menjelajahi-asal-mula-universitas/#sthash.4NmbJqGj.dpuf
Wisuda,
merupakan saat yang membahagiakan bagi orangtua karena anaknya telah
menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi dan siap menjelajahi dunia
profesional agar mampu berkontribusi bagi kehidupan bangsa. Di
Indonesia, terdapat berbagai bentuk perguruan tinggi seperti akademi,
institut, universitas, politeknik, dan sekolah tinggi. Dalam pemahaman
yang lebih umum di dunia internasional, level pendidikan tinggi
merupakan jenjang yang sejajar dengan universitas. Bagaimana sejarah
asal mula universitas?
Universitas merupakan insitusi dari penelitian dan lembaga yang lebih tinggi yang memberikan gelar akademis pada berbagai subjek dan menyediakan pendidikan untuk undergraduate dan postgraduate. Kata universitas merupakan bahasa latin yang berarti “kumpulan guru dan murid.”
Ide mengembangkan universitas berasal dari pemikiran kebebasan akademis. Bukti dokumen pertama bahwa universitas berlandaskan kebebasan akademis datang dari universitas pertama dalam kehidupan manusia. Universitas Bologna mengadopsi piagam akademis, Constitutio Habita, di tahun 1150-an, yang menjamin hak pelajar untuk menjadi bagian yang tak terhindarkan dari ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan. Saat ini, dokumen tersebut diklaim sebagai asal mula “kebebasan akademis”. Hal ini telah disepakati secara internasional pada 18 September 1988 dimana 430 rektor universitas dari berbagai dunia menandatangani Magna Charta Universitatum, yang menandai 900 tahun peringatan yayasan Bologna. Sejumlah universitas yang menandatangani Magna Charta Universitatum terus bertumbuh, dan menjadi bagian dari berbagai kemajuan akademis di seluruh dunia.
Universitas di era Medieval
Abad pertengahan merupakan asal mula bertumbuhnya paham dan pemikiran untuk pendirian universitas. Pendidikan tinggi Eropa berdiri ratusan tahun dalam bentuk Sekolah katedral kristen atau sekolah monastik (Scholae monasticae), dimana biarawan dan biarawati belajar disana. Bukti bahwa sekolah ini merupakan pelopor dari universitas yang berikutnya akan berkembang telah berdiri sejak abad ke 6 setelah masehi. Universitas pada awal abad pertengahan dikembangkan di bawah pengawasan gereja oleh sistem kepausan sebagai studia generalia (pengembangan sekolah katedral menjadi universitas kemudian menjadi langka, kecuali yang terjadi pada Universitas Paris). Kemudian, universitas juga didirikan oleh Raja (Universitas Naples Federico II, Universitas Charles di Praha, dan Universitas Jagiellonian di Krakow) atau pemerintah daerah (Universitas Cologne, dan Universitas Erfurt). Pada abad pertengahan awal, kebanyakan universitas baru didirikan oleh sekolah yang telah berdiri sebelumnya, dimana didasari oleh kebutuhan untuk menyelenggarakan pendidikan yang lebih tinggi.
Univesitas Bologna didirikan sebagai sekolah hukum yang mengajari ius gentium atau hukum romawi dari masyarakat yang memiliki kebutuhan di seluruh Eropa untuk membela negara yang baru merdeka melawan kerajaan dan negara. Mereka mengklaim secara khusus terhadap Alma Mater Studiorum didasari oleh autonomi, diberikan terhadap gelar, dan pengaturan strukturan lainnya, membuat universitas tersebut menjadi institusi tertua yang terus beroperasi secara independen dari raja, penguasa, atau berbagai kekuasaan religius lainnya.
Di Eropa, seorang remaja melanjutkan ke universitas setelah mereka menyelesaikan studi mereka terhadap trivium, seni persiapan yang mencakup tata bahasa, retorika, dan dialektika atau logika, serta quadrivium, yang mencakup aritmatika, geometri, musik, dan astronomi.
Universitas menjadi populer di seluruh Eropa, sebagaimana penguasa dan pemerintah memulai untuk membuat sistem tersebut memuaskan keingintahuan penduduk Eropa terhadap ilmu pengetahuan, dan kepercayaan bahwa masyarakat harus mendapatkan manfaat dari pengalaman akademis yang disediakan oleh institusi tersebut. Pangeran dan pemimpin dari pemerintahan kota menerima keuntungan potensial dari ahli pendidikan yang dikembangkan dengan kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang sulit dan mendapatkan hasil yang diinginkan. Perkembangan humanisme merupakan esensi dari perkembangan universitas sebagaimana kebangkitan keingintahuan yang diperoleh dari teks-teks pada jaman yunani kuno.
Akademisi seperti Arnold H. Green dan Hossein Nasr berpendapat bahwa sejak abad 10, beberapa madrasah islami telah menjadi universitas. Meskipun begitu, George Makdisi dan lainnya, universitas eropa tidaklah sama dengan univesitas di kehidupan islami pada abad pertengahan. Beberapa akademisi berpendapat bahwa universitas era awal abad pertengahan dipengaruhi oleh madrasah keagamaan di Al-Andalus. yaitu Emirate of Sicily, dan madrasah lainnya di wilayah timur tengah selama perang salib. Akademisi lainnya berpendapat bahwa pendapat ini dibuat-buat.
Sekarang universitas telah berkembang lagi tidak hanya mewadahi kebebasan akademis dan penelitian, melainkan juga menjadi struktur sosial dalam kehidupan masyarakat di suatu daerah. Di Indonesia, universitas juga turut berperan pada pergerakan ekonomi, politik, sosial budaya, dan keagamaan dimana organisasi-organisasi inter dan antar perguruan tinggi mewujudkan ide dan aspirasi mereka dalam berbagai tindakan. Meskipun tindakan yang dimunculkan tidak selalu positif, tetapi universitas telah memberikan warna tersendiri bagi kehidupan masyarakat Indonesia, terutama setelah memasuki abad ke 20.
- See more at: http://www.bglconline.com/2013/02/menjelajahi-asal-mula-universitas/#sthash.4NmbJqGj.dpuf
Universitas merupakan insitusi dari penelitian dan lembaga yang lebih tinggi yang memberikan gelar akademis pada berbagai subjek dan menyediakan pendidikan untuk undergraduate dan postgraduate. Kata universitas merupakan bahasa latin yang berarti “kumpulan guru dan murid.”
Ide mengembangkan universitas berasal dari pemikiran kebebasan akademis. Bukti dokumen pertama bahwa universitas berlandaskan kebebasan akademis datang dari universitas pertama dalam kehidupan manusia. Universitas Bologna mengadopsi piagam akademis, Constitutio Habita, di tahun 1150-an, yang menjamin hak pelajar untuk menjadi bagian yang tak terhindarkan dari ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan. Saat ini, dokumen tersebut diklaim sebagai asal mula “kebebasan akademis”. Hal ini telah disepakati secara internasional pada 18 September 1988 dimana 430 rektor universitas dari berbagai dunia menandatangani Magna Charta Universitatum, yang menandai 900 tahun peringatan yayasan Bologna. Sejumlah universitas yang menandatangani Magna Charta Universitatum terus bertumbuh, dan menjadi bagian dari berbagai kemajuan akademis di seluruh dunia.
Universitas di era Medieval
Abad pertengahan merupakan asal mula bertumbuhnya paham dan pemikiran untuk pendirian universitas. Pendidikan tinggi Eropa berdiri ratusan tahun dalam bentuk Sekolah katedral kristen atau sekolah monastik (Scholae monasticae), dimana biarawan dan biarawati belajar disana. Bukti bahwa sekolah ini merupakan pelopor dari universitas yang berikutnya akan berkembang telah berdiri sejak abad ke 6 setelah masehi. Universitas pada awal abad pertengahan dikembangkan di bawah pengawasan gereja oleh sistem kepausan sebagai studia generalia (pengembangan sekolah katedral menjadi universitas kemudian menjadi langka, kecuali yang terjadi pada Universitas Paris). Kemudian, universitas juga didirikan oleh Raja (Universitas Naples Federico II, Universitas Charles di Praha, dan Universitas Jagiellonian di Krakow) atau pemerintah daerah (Universitas Cologne, dan Universitas Erfurt). Pada abad pertengahan awal, kebanyakan universitas baru didirikan oleh sekolah yang telah berdiri sebelumnya, dimana didasari oleh kebutuhan untuk menyelenggarakan pendidikan yang lebih tinggi.
Univesitas Bologna didirikan sebagai sekolah hukum yang mengajari ius gentium atau hukum romawi dari masyarakat yang memiliki kebutuhan di seluruh Eropa untuk membela negara yang baru merdeka melawan kerajaan dan negara. Mereka mengklaim secara khusus terhadap Alma Mater Studiorum didasari oleh autonomi, diberikan terhadap gelar, dan pengaturan strukturan lainnya, membuat universitas tersebut menjadi institusi tertua yang terus beroperasi secara independen dari raja, penguasa, atau berbagai kekuasaan religius lainnya.
Di Eropa, seorang remaja melanjutkan ke universitas setelah mereka menyelesaikan studi mereka terhadap trivium, seni persiapan yang mencakup tata bahasa, retorika, dan dialektika atau logika, serta quadrivium, yang mencakup aritmatika, geometri, musik, dan astronomi.
Universitas menjadi populer di seluruh Eropa, sebagaimana penguasa dan pemerintah memulai untuk membuat sistem tersebut memuaskan keingintahuan penduduk Eropa terhadap ilmu pengetahuan, dan kepercayaan bahwa masyarakat harus mendapatkan manfaat dari pengalaman akademis yang disediakan oleh institusi tersebut. Pangeran dan pemimpin dari pemerintahan kota menerima keuntungan potensial dari ahli pendidikan yang dikembangkan dengan kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang sulit dan mendapatkan hasil yang diinginkan. Perkembangan humanisme merupakan esensi dari perkembangan universitas sebagaimana kebangkitan keingintahuan yang diperoleh dari teks-teks pada jaman yunani kuno.
Penemuan kembali karya Aristoteles, yang
terdiri lebih dari 3000 halaman yang kemudian diterjemahkan, memberikan
semangat untuk menyelidiki proses alam yang telah dimulai untuk
dikembangkan kembali pada abad ke 12. Beberapa akademisi percaya bahwa
karya tersebut mewakili salah satu penemuan dokumen paling penting dalam
sejarah intelektualitas peradaban barat. Richard Dales, sebagai contoh,
menyebut penemuan karya Aristoteles tersebut sebagai “titik balik dari
sejarah pemikiran dunia barat.” Setelah Aristoteles menyebar kembali,
komunitas akademis, yang umumnya berkomunikasi menggunakan bahasa Latin,
mempercepat proses dan penerapan dengan berusaha memahami pemikiran
yunani kuno, dan terutama pada ide yang berkaitan dengan pemahaman
terhadap alam. Upaya dari ”scholaticism” ini difokuskan untuk menerapkan logika aristotelian dan pemikiran tentang alam menurut pesan yang terdapat di bible
dan berusaha untuk membuktikan kebenaran pemikiran tersebut melalui
penalaran. Upaya ini menjadi misi utama dari pengajar dan harapan dari
pelajar.
Budaya universitas berkembang berbeda di
Eropa utara dibandingkan di selatan, meskipun mereka memiliki kesamaan
yang dipelajari. Latin merupakan bahasa universitas yang digunakan pada
seluruh teks, perkuliahan, perdebatan, dan pengujian. Profesor mengajar
berdasarkan buku Aristoteles untuk logika, filsafat alam, dan metafisik.
Sementara itu, Hippocrates, Galen, dan Ibnu Sina digunakan untuk
obat-obatan. Di luar dari kesamaan tersebut, perbedaan besar yang
terdapat pada universitas di utara dan selatan terdapat pada subjek
utama yang diajarkan. Universitas di Italia berfokus pada hukum dan
obat-obatan, sementara di utara berfokus pada seni dan teologi.
Perbedaan tersebut membuat pelajar dapat menuju ke utara atau selatan
berdasarkan ketertarikannya terhadap ilmu pengetahuan tertentu.
Selain itu, terdapat perbedaan pada gelar yang diberikan oleh
masing-masing universitas. Universitas di Inggris, Prancis, dan Jerman
biasanya memberikan gelar sarjana, dengan pengecualian gelar pada
teologi, dimana gelar doktoral merupakan gelar yang lazim diberikan.
Universtasi di Italia memberikan gelar doktoral. Perbedaan tersebut
membuat perbedaan tujuan dari penerima gelar setelah lulus. Di utara,
fokus lulusan universitas cenderung untuk mendapatkan posisi mengajar,
sementara di selatan seringkali mengejar posisi profesional.Akademisi seperti Arnold H. Green dan Hossein Nasr berpendapat bahwa sejak abad 10, beberapa madrasah islami telah menjadi universitas. Meskipun begitu, George Makdisi dan lainnya, universitas eropa tidaklah sama dengan univesitas di kehidupan islami pada abad pertengahan. Beberapa akademisi berpendapat bahwa universitas era awal abad pertengahan dipengaruhi oleh madrasah keagamaan di Al-Andalus. yaitu Emirate of Sicily, dan madrasah lainnya di wilayah timur tengah selama perang salib. Akademisi lainnya berpendapat bahwa pendapat ini dibuat-buat.
Sekarang universitas telah berkembang lagi tidak hanya mewadahi kebebasan akademis dan penelitian, melainkan juga menjadi struktur sosial dalam kehidupan masyarakat di suatu daerah. Di Indonesia, universitas juga turut berperan pada pergerakan ekonomi, politik, sosial budaya, dan keagamaan dimana organisasi-organisasi inter dan antar perguruan tinggi mewujudkan ide dan aspirasi mereka dalam berbagai tindakan. Meskipun tindakan yang dimunculkan tidak selalu positif, tetapi universitas telah memberikan warna tersendiri bagi kehidupan masyarakat Indonesia, terutama setelah memasuki abad ke 20.
- See more at: http://www.bglconline.com/2013/02/menjelajahi-asal-mula-universitas/#sthash.4NmbJqGj.dpuf
Wisuda,
merupakan saat yang membahagiakan bagi orangtua karena anaknya telah
menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi dan siap menjelajahi dunia
profesional agar mampu berkontribusi bagi kehidupan bangsa. Di
Indonesia, terdapat berbagai bentuk perguruan tinggi seperti akademi,
institut, universitas, politeknik, dan sekolah tinggi. Dalam pemahaman
yang lebih umum di dunia internasional, level pendidikan tinggi
merupakan jenjang yang sejajar dengan universitas. Bagaimana sejarah
asal mula universitas?
Universitas merupakan insitusi dari penelitian dan lembaga yang lebih tinggi yang memberikan gelar akademis pada berbagai subjek dan menyediakan pendidikan untuk undergraduate dan postgraduate. Kata universitas merupakan bahasa latin yang berarti “kumpulan guru dan murid.”
Ide mengembangkan universitas berasal dari pemikiran kebebasan akademis. Bukti dokumen pertama bahwa universitas berlandaskan kebebasan akademis datang dari universitas pertama dalam kehidupan manusia. Universitas Bologna mengadopsi piagam akademis, Constitutio Habita, di tahun 1150-an, yang menjamin hak pelajar untuk menjadi bagian yang tak terhindarkan dari ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan. Saat ini, dokumen tersebut diklaim sebagai asal mula “kebebasan akademis”. Hal ini telah disepakati secara internasional pada 18 September 1988 dimana 430 rektor universitas dari berbagai dunia menandatangani Magna Charta Universitatum, yang menandai 900 tahun peringatan yayasan Bologna. Sejumlah universitas yang menandatangani Magna Charta Universitatum terus bertumbuh, dan menjadi bagian dari berbagai kemajuan akademis di seluruh dunia.
Universitas di era Medieval
Abad pertengahan merupakan asal mula bertumbuhnya paham dan pemikiran untuk pendirian universitas. Pendidikan tinggi Eropa berdiri ratusan tahun dalam bentuk Sekolah katedral kristen atau sekolah monastik (Scholae monasticae), dimana biarawan dan biarawati belajar disana. Bukti bahwa sekolah ini merupakan pelopor dari universitas yang berikutnya akan berkembang telah berdiri sejak abad ke 6 setelah masehi. Universitas pada awal abad pertengahan dikembangkan di bawah pengawasan gereja oleh sistem kepausan sebagai studia generalia (pengembangan sekolah katedral menjadi universitas kemudian menjadi langka, kecuali yang terjadi pada Universitas Paris). Kemudian, universitas juga didirikan oleh Raja (Universitas Naples Federico II, Universitas Charles di Praha, dan Universitas Jagiellonian di Krakow) atau pemerintah daerah (Universitas Cologne, dan Universitas Erfurt). Pada abad pertengahan awal, kebanyakan universitas baru didirikan oleh sekolah yang telah berdiri sebelumnya, dimana didasari oleh kebutuhan untuk menyelenggarakan pendidikan yang lebih tinggi.
Univesitas Bologna didirikan sebagai sekolah hukum yang mengajari ius gentium atau hukum romawi dari masyarakat yang memiliki kebutuhan di seluruh Eropa untuk membela negara yang baru merdeka melawan kerajaan dan negara. Mereka mengklaim secara khusus terhadap Alma Mater Studiorum didasari oleh autonomi, diberikan terhadap gelar, dan pengaturan strukturan lainnya, membuat universitas tersebut menjadi institusi tertua yang terus beroperasi secara independen dari raja, penguasa, atau berbagai kekuasaan religius lainnya.
Di Eropa, seorang remaja melanjutkan ke universitas setelah mereka menyelesaikan studi mereka terhadap trivium, seni persiapan yang mencakup tata bahasa, retorika, dan dialektika atau logika, serta quadrivium, yang mencakup aritmatika, geometri, musik, dan astronomi.
Universitas menjadi populer di seluruh Eropa, sebagaimana penguasa dan pemerintah memulai untuk membuat sistem tersebut memuaskan keingintahuan penduduk Eropa terhadap ilmu pengetahuan, dan kepercayaan bahwa masyarakat harus mendapatkan manfaat dari pengalaman akademis yang disediakan oleh institusi tersebut. Pangeran dan pemimpin dari pemerintahan kota menerima keuntungan potensial dari ahli pendidikan yang dikembangkan dengan kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang sulit dan mendapatkan hasil yang diinginkan. Perkembangan humanisme merupakan esensi dari perkembangan universitas sebagaimana kebangkitan keingintahuan yang diperoleh dari teks-teks pada jaman yunani kuno.
Akademisi seperti Arnold H. Green dan Hossein Nasr berpendapat bahwa sejak abad 10, beberapa madrasah islami telah menjadi universitas. Meskipun begitu, George Makdisi dan lainnya, universitas eropa tidaklah sama dengan univesitas di kehidupan islami pada abad pertengahan. Beberapa akademisi berpendapat bahwa universitas era awal abad pertengahan dipengaruhi oleh madrasah keagamaan di Al-Andalus. yaitu Emirate of Sicily, dan madrasah lainnya di wilayah timur tengah selama perang salib. Akademisi lainnya berpendapat bahwa pendapat ini dibuat-buat.
Sekarang universitas telah berkembang lagi tidak hanya mewadahi kebebasan akademis dan penelitian, melainkan juga menjadi struktur sosial dalam kehidupan masyarakat di suatu daerah. Di Indonesia, universitas juga turut berperan pada pergerakan ekonomi, politik, sosial budaya, dan keagamaan dimana organisasi-organisasi inter dan antar perguruan tinggi mewujudkan ide dan aspirasi mereka dalam berbagai tindakan. Meskipun tindakan yang dimunculkan tidak selalu positif, tetapi universitas telah memberikan warna tersendiri bagi kehidupan masyarakat Indonesia, terutama setelah memasuki abad ke 20.
- See more at: http://www.bglconline.com/2013/02/menjelajahi-asal-mula-universitas/#sthash.4NmbJqGj.dpuf
Universitas merupakan insitusi dari penelitian dan lembaga yang lebih tinggi yang memberikan gelar akademis pada berbagai subjek dan menyediakan pendidikan untuk undergraduate dan postgraduate. Kata universitas merupakan bahasa latin yang berarti “kumpulan guru dan murid.”
Ide mengembangkan universitas berasal dari pemikiran kebebasan akademis. Bukti dokumen pertama bahwa universitas berlandaskan kebebasan akademis datang dari universitas pertama dalam kehidupan manusia. Universitas Bologna mengadopsi piagam akademis, Constitutio Habita, di tahun 1150-an, yang menjamin hak pelajar untuk menjadi bagian yang tak terhindarkan dari ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan. Saat ini, dokumen tersebut diklaim sebagai asal mula “kebebasan akademis”. Hal ini telah disepakati secara internasional pada 18 September 1988 dimana 430 rektor universitas dari berbagai dunia menandatangani Magna Charta Universitatum, yang menandai 900 tahun peringatan yayasan Bologna. Sejumlah universitas yang menandatangani Magna Charta Universitatum terus bertumbuh, dan menjadi bagian dari berbagai kemajuan akademis di seluruh dunia.
Universitas di era Medieval
Abad pertengahan merupakan asal mula bertumbuhnya paham dan pemikiran untuk pendirian universitas. Pendidikan tinggi Eropa berdiri ratusan tahun dalam bentuk Sekolah katedral kristen atau sekolah monastik (Scholae monasticae), dimana biarawan dan biarawati belajar disana. Bukti bahwa sekolah ini merupakan pelopor dari universitas yang berikutnya akan berkembang telah berdiri sejak abad ke 6 setelah masehi. Universitas pada awal abad pertengahan dikembangkan di bawah pengawasan gereja oleh sistem kepausan sebagai studia generalia (pengembangan sekolah katedral menjadi universitas kemudian menjadi langka, kecuali yang terjadi pada Universitas Paris). Kemudian, universitas juga didirikan oleh Raja (Universitas Naples Federico II, Universitas Charles di Praha, dan Universitas Jagiellonian di Krakow) atau pemerintah daerah (Universitas Cologne, dan Universitas Erfurt). Pada abad pertengahan awal, kebanyakan universitas baru didirikan oleh sekolah yang telah berdiri sebelumnya, dimana didasari oleh kebutuhan untuk menyelenggarakan pendidikan yang lebih tinggi.
Univesitas Bologna didirikan sebagai sekolah hukum yang mengajari ius gentium atau hukum romawi dari masyarakat yang memiliki kebutuhan di seluruh Eropa untuk membela negara yang baru merdeka melawan kerajaan dan negara. Mereka mengklaim secara khusus terhadap Alma Mater Studiorum didasari oleh autonomi, diberikan terhadap gelar, dan pengaturan strukturan lainnya, membuat universitas tersebut menjadi institusi tertua yang terus beroperasi secara independen dari raja, penguasa, atau berbagai kekuasaan religius lainnya.
Di Eropa, seorang remaja melanjutkan ke universitas setelah mereka menyelesaikan studi mereka terhadap trivium, seni persiapan yang mencakup tata bahasa, retorika, dan dialektika atau logika, serta quadrivium, yang mencakup aritmatika, geometri, musik, dan astronomi.
Universitas menjadi populer di seluruh Eropa, sebagaimana penguasa dan pemerintah memulai untuk membuat sistem tersebut memuaskan keingintahuan penduduk Eropa terhadap ilmu pengetahuan, dan kepercayaan bahwa masyarakat harus mendapatkan manfaat dari pengalaman akademis yang disediakan oleh institusi tersebut. Pangeran dan pemimpin dari pemerintahan kota menerima keuntungan potensial dari ahli pendidikan yang dikembangkan dengan kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang sulit dan mendapatkan hasil yang diinginkan. Perkembangan humanisme merupakan esensi dari perkembangan universitas sebagaimana kebangkitan keingintahuan yang diperoleh dari teks-teks pada jaman yunani kuno.
Penemuan kembali karya Aristoteles, yang
terdiri lebih dari 3000 halaman yang kemudian diterjemahkan, memberikan
semangat untuk menyelidiki proses alam yang telah dimulai untuk
dikembangkan kembali pada abad ke 12. Beberapa akademisi percaya bahwa
karya tersebut mewakili salah satu penemuan dokumen paling penting dalam
sejarah intelektualitas peradaban barat. Richard Dales, sebagai contoh,
menyebut penemuan karya Aristoteles tersebut sebagai “titik balik dari
sejarah pemikiran dunia barat.” Setelah Aristoteles menyebar kembali,
komunitas akademis, yang umumnya berkomunikasi menggunakan bahasa Latin,
mempercepat proses dan penerapan dengan berusaha memahami pemikiran
yunani kuno, dan terutama pada ide yang berkaitan dengan pemahaman
terhadap alam. Upaya dari ”scholaticism” ini difokuskan untuk menerapkan logika aristotelian dan pemikiran tentang alam menurut pesan yang terdapat di bible
dan berusaha untuk membuktikan kebenaran pemikiran tersebut melalui
penalaran. Upaya ini menjadi misi utama dari pengajar dan harapan dari
pelajar.
Budaya universitas berkembang berbeda di
Eropa utara dibandingkan di selatan, meskipun mereka memiliki kesamaan
yang dipelajari. Latin merupakan bahasa universitas yang digunakan pada
seluruh teks, perkuliahan, perdebatan, dan pengujian. Profesor mengajar
berdasarkan buku Aristoteles untuk logika, filsafat alam, dan metafisik.
Sementara itu, Hippocrates, Galen, dan Ibnu Sina digunakan untuk
obat-obatan. Di luar dari kesamaan tersebut, perbedaan besar yang
terdapat pada universitas di utara dan selatan terdapat pada subjek
utama yang diajarkan. Universitas di Italia berfokus pada hukum dan
obat-obatan, sementara di utara berfokus pada seni dan teologi.
Perbedaan tersebut membuat pelajar dapat menuju ke utara atau selatan
berdasarkan ketertarikannya terhadap ilmu pengetahuan tertentu.
Selain itu, terdapat perbedaan pada gelar yang diberikan oleh
masing-masing universitas. Universitas di Inggris, Prancis, dan Jerman
biasanya memberikan gelar sarjana, dengan pengecualian gelar pada
teologi, dimana gelar doktoral merupakan gelar yang lazim diberikan.
Universtasi di Italia memberikan gelar doktoral. Perbedaan tersebut
membuat perbedaan tujuan dari penerima gelar setelah lulus. Di utara,
fokus lulusan universitas cenderung untuk mendapatkan posisi mengajar,
sementara di selatan seringkali mengejar posisi profesional.Akademisi seperti Arnold H. Green dan Hossein Nasr berpendapat bahwa sejak abad 10, beberapa madrasah islami telah menjadi universitas. Meskipun begitu, George Makdisi dan lainnya, universitas eropa tidaklah sama dengan univesitas di kehidupan islami pada abad pertengahan. Beberapa akademisi berpendapat bahwa universitas era awal abad pertengahan dipengaruhi oleh madrasah keagamaan di Al-Andalus. yaitu Emirate of Sicily, dan madrasah lainnya di wilayah timur tengah selama perang salib. Akademisi lainnya berpendapat bahwa pendapat ini dibuat-buat.
Sekarang universitas telah berkembang lagi tidak hanya mewadahi kebebasan akademis dan penelitian, melainkan juga menjadi struktur sosial dalam kehidupan masyarakat di suatu daerah. Di Indonesia, universitas juga turut berperan pada pergerakan ekonomi, politik, sosial budaya, dan keagamaan dimana organisasi-organisasi inter dan antar perguruan tinggi mewujudkan ide dan aspirasi mereka dalam berbagai tindakan. Meskipun tindakan yang dimunculkan tidak selalu positif, tetapi universitas telah memberikan warna tersendiri bagi kehidupan masyarakat Indonesia, terutama setelah memasuki abad ke 20.
- See more at: http://www.bglconline.com/2013/02/menjelajahi-asal-mula-universitas/#sthash.4NmbJqGj.dpuf
Wisuda,
merupakan saat yang membahagiakan bagi orangtua karena anaknya telah
menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi dan siap menjelajahi dunia
profesional agar mampu berkontribusi bagi kehidupan bangsa. Di
Indonesia, terdapat berbagai bentuk perguruan tinggi seperti akademi,
institut, universitas, politeknik, dan sekolah tinggi. Dalam pemahaman
yang lebih umum di dunia internasional, level pendidikan tinggi
merupakan jenjang yang sejajar dengan universitas. Bagaimana sejarah
asal mula universitas?
Universitas merupakan insitusi dari penelitian dan lembaga yang lebih tinggi yang memberikan gelar akademis pada berbagai subjek dan menyediakan pendidikan untuk undergraduate dan postgraduate. Kata universitas merupakan bahasa latin yang berarti “kumpulan guru dan murid.”
Ide mengembangkan universitas berasal dari pemikiran kebebasan akademis. Bukti dokumen pertama bahwa universitas berlandaskan kebebasan akademis datang dari universitas pertama dalam kehidupan manusia. Universitas Bologna mengadopsi piagam akademis, Constitutio Habita, di tahun 1150-an, yang menjamin hak pelajar untuk menjadi bagian yang tak terhindarkan dari ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan. Saat ini, dokumen tersebut diklaim sebagai asal mula “kebebasan akademis”. Hal ini telah disepakati secara internasional pada 18 September 1988 dimana 430 rektor universitas dari berbagai dunia menandatangani Magna Charta Universitatum, yang menandai 900 tahun peringatan yayasan Bologna. Sejumlah universitas yang menandatangani Magna Charta Universitatum terus bertumbuh, dan menjadi bagian dari berbagai kemajuan akademis di seluruh dunia.
Universitas di era Medieval
Abad pertengahan merupakan asal mula bertumbuhnya paham dan pemikiran untuk pendirian universitas. Pendidikan tinggi Eropa berdiri ratusan tahun dalam bentuk Sekolah katedral kristen atau sekolah monastik (Scholae monasticae), dimana biarawan dan biarawati belajar disana. Bukti bahwa sekolah ini merupakan pelopor dari universitas yang berikutnya akan berkembang telah berdiri sejak abad ke 6 setelah masehi. Universitas pada awal abad pertengahan dikembangkan di bawah pengawasan gereja oleh sistem kepausan sebagai studia generalia (pengembangan sekolah katedral menjadi universitas kemudian menjadi langka, kecuali yang terjadi pada Universitas Paris). Kemudian, universitas juga didirikan oleh Raja (Universitas Naples Federico II, Universitas Charles di Praha, dan Universitas Jagiellonian di Krakow) atau pemerintah daerah (Universitas Cologne, dan Universitas Erfurt). Pada abad pertengahan awal, kebanyakan universitas baru didirikan oleh sekolah yang telah berdiri sebelumnya, dimana didasari oleh kebutuhan untuk menyelenggarakan pendidikan yang lebih tinggi.
Univesitas Bologna didirikan sebagai sekolah hukum yang mengajari ius gentium atau hukum romawi dari masyarakat yang memiliki kebutuhan di seluruh Eropa untuk membela negara yang baru merdeka melawan kerajaan dan negara. Mereka mengklaim secara khusus terhadap Alma Mater Studiorum didasari oleh autonomi, diberikan terhadap gelar, dan pengaturan strukturan lainnya, membuat universitas tersebut menjadi institusi tertua yang terus beroperasi secara independen dari raja, penguasa, atau berbagai kekuasaan religius lainnya.
Di Eropa, seorang remaja melanjutkan ke universitas setelah mereka menyelesaikan studi mereka terhadap trivium, seni persiapan yang mencakup tata bahasa, retorika, dan dialektika atau logika, serta quadrivium, yang mencakup aritmatika, geometri, musik, dan astronomi.
Universitas menjadi populer di seluruh Eropa, sebagaimana penguasa dan pemerintah memulai untuk membuat sistem tersebut memuaskan keingintahuan penduduk Eropa terhadap ilmu pengetahuan, dan kepercayaan bahwa masyarakat harus mendapatkan manfaat dari pengalaman akademis yang disediakan oleh institusi tersebut. Pangeran dan pemimpin dari pemerintahan kota menerima keuntungan potensial dari ahli pendidikan yang dikembangkan dengan kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang sulit dan mendapatkan hasil yang diinginkan. Perkembangan humanisme merupakan esensi dari perkembangan universitas sebagaimana kebangkitan keingintahuan yang diperoleh dari teks-teks pada jaman yunani kuno.
Akademisi seperti Arnold H. Green dan Hossein Nasr berpendapat bahwa sejak abad 10, beberapa madrasah islami telah menjadi universitas. Meskipun begitu, George Makdisi dan lainnya, universitas eropa tidaklah sama dengan univesitas di kehidupan islami pada abad pertengahan. Beberapa akademisi berpendapat bahwa universitas era awal abad pertengahan dipengaruhi oleh madrasah keagamaan di Al-Andalus. yaitu Emirate of Sicily, dan madrasah lainnya di wilayah timur tengah selama perang salib. Akademisi lainnya berpendapat bahwa pendapat ini dibuat-buat.
Sekarang universitas telah berkembang lagi tidak hanya mewadahi kebebasan akademis dan penelitian, melainkan juga menjadi struktur sosial dalam kehidupan masyarakat di suatu daerah. Di Indonesia, universitas juga turut berperan pada pergerakan ekonomi, politik, sosial budaya, dan keagamaan dimana organisasi-organisasi inter dan antar perguruan tinggi mewujudkan ide dan aspirasi mereka dalam berbagai tindakan. Meskipun tindakan yang dimunculkan tidak selalu positif, tetapi universitas telah memberikan warna tersendiri bagi kehidupan masyarakat Indonesia, terutama setelah memasuki abad ke 20.
- See more at: http://www.bglconline.com/2013/02/menjelajahi-asal-mula-universitas/#sthash.4NmbJqGj.dpuf
Universitas merupakan insitusi dari penelitian dan lembaga yang lebih tinggi yang memberikan gelar akademis pada berbagai subjek dan menyediakan pendidikan untuk undergraduate dan postgraduate. Kata universitas merupakan bahasa latin yang berarti “kumpulan guru dan murid.”
Ide mengembangkan universitas berasal dari pemikiran kebebasan akademis. Bukti dokumen pertama bahwa universitas berlandaskan kebebasan akademis datang dari universitas pertama dalam kehidupan manusia. Universitas Bologna mengadopsi piagam akademis, Constitutio Habita, di tahun 1150-an, yang menjamin hak pelajar untuk menjadi bagian yang tak terhindarkan dari ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan. Saat ini, dokumen tersebut diklaim sebagai asal mula “kebebasan akademis”. Hal ini telah disepakati secara internasional pada 18 September 1988 dimana 430 rektor universitas dari berbagai dunia menandatangani Magna Charta Universitatum, yang menandai 900 tahun peringatan yayasan Bologna. Sejumlah universitas yang menandatangani Magna Charta Universitatum terus bertumbuh, dan menjadi bagian dari berbagai kemajuan akademis di seluruh dunia.
Universitas di era Medieval
Abad pertengahan merupakan asal mula bertumbuhnya paham dan pemikiran untuk pendirian universitas. Pendidikan tinggi Eropa berdiri ratusan tahun dalam bentuk Sekolah katedral kristen atau sekolah monastik (Scholae monasticae), dimana biarawan dan biarawati belajar disana. Bukti bahwa sekolah ini merupakan pelopor dari universitas yang berikutnya akan berkembang telah berdiri sejak abad ke 6 setelah masehi. Universitas pada awal abad pertengahan dikembangkan di bawah pengawasan gereja oleh sistem kepausan sebagai studia generalia (pengembangan sekolah katedral menjadi universitas kemudian menjadi langka, kecuali yang terjadi pada Universitas Paris). Kemudian, universitas juga didirikan oleh Raja (Universitas Naples Federico II, Universitas Charles di Praha, dan Universitas Jagiellonian di Krakow) atau pemerintah daerah (Universitas Cologne, dan Universitas Erfurt). Pada abad pertengahan awal, kebanyakan universitas baru didirikan oleh sekolah yang telah berdiri sebelumnya, dimana didasari oleh kebutuhan untuk menyelenggarakan pendidikan yang lebih tinggi.
Univesitas Bologna didirikan sebagai sekolah hukum yang mengajari ius gentium atau hukum romawi dari masyarakat yang memiliki kebutuhan di seluruh Eropa untuk membela negara yang baru merdeka melawan kerajaan dan negara. Mereka mengklaim secara khusus terhadap Alma Mater Studiorum didasari oleh autonomi, diberikan terhadap gelar, dan pengaturan strukturan lainnya, membuat universitas tersebut menjadi institusi tertua yang terus beroperasi secara independen dari raja, penguasa, atau berbagai kekuasaan religius lainnya.
Di Eropa, seorang remaja melanjutkan ke universitas setelah mereka menyelesaikan studi mereka terhadap trivium, seni persiapan yang mencakup tata bahasa, retorika, dan dialektika atau logika, serta quadrivium, yang mencakup aritmatika, geometri, musik, dan astronomi.
Universitas menjadi populer di seluruh Eropa, sebagaimana penguasa dan pemerintah memulai untuk membuat sistem tersebut memuaskan keingintahuan penduduk Eropa terhadap ilmu pengetahuan, dan kepercayaan bahwa masyarakat harus mendapatkan manfaat dari pengalaman akademis yang disediakan oleh institusi tersebut. Pangeran dan pemimpin dari pemerintahan kota menerima keuntungan potensial dari ahli pendidikan yang dikembangkan dengan kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang sulit dan mendapatkan hasil yang diinginkan. Perkembangan humanisme merupakan esensi dari perkembangan universitas sebagaimana kebangkitan keingintahuan yang diperoleh dari teks-teks pada jaman yunani kuno.
Penemuan kembali karya Aristoteles, yang
terdiri lebih dari 3000 halaman yang kemudian diterjemahkan, memberikan
semangat untuk menyelidiki proses alam yang telah dimulai untuk
dikembangkan kembali pada abad ke 12. Beberapa akademisi percaya bahwa
karya tersebut mewakili salah satu penemuan dokumen paling penting dalam
sejarah intelektualitas peradaban barat. Richard Dales, sebagai contoh,
menyebut penemuan karya Aristoteles tersebut sebagai “titik balik dari
sejarah pemikiran dunia barat.” Setelah Aristoteles menyebar kembali,
komunitas akademis, yang umumnya berkomunikasi menggunakan bahasa Latin,
mempercepat proses dan penerapan dengan berusaha memahami pemikiran
yunani kuno, dan terutama pada ide yang berkaitan dengan pemahaman
terhadap alam. Upaya dari ”scholaticism” ini difokuskan untuk menerapkan logika aristotelian dan pemikiran tentang alam menurut pesan yang terdapat di bible
dan berusaha untuk membuktikan kebenaran pemikiran tersebut melalui
penalaran. Upaya ini menjadi misi utama dari pengajar dan harapan dari
pelajar.
Budaya universitas berkembang berbeda di
Eropa utara dibandingkan di selatan, meskipun mereka memiliki kesamaan
yang dipelajari. Latin merupakan bahasa universitas yang digunakan pada
seluruh teks, perkuliahan, perdebatan, dan pengujian. Profesor mengajar
berdasarkan buku Aristoteles untuk logika, filsafat alam, dan metafisik.
Sementara itu, Hippocrates, Galen, dan Ibnu Sina digunakan untuk
obat-obatan. Di luar dari kesamaan tersebut, perbedaan besar yang
terdapat pada universitas di utara dan selatan terdapat pada subjek
utama yang diajarkan. Universitas di Italia berfokus pada hukum dan
obat-obatan, sementara di utara berfokus pada seni dan teologi.
Perbedaan tersebut membuat pelajar dapat menuju ke utara atau selatan
berdasarkan ketertarikannya terhadap ilmu pengetahuan tertentu.
Selain itu, terdapat perbedaan pada gelar yang diberikan oleh
masing-masing universitas. Universitas di Inggris, Prancis, dan Jerman
biasanya memberikan gelar sarjana, dengan pengecualian gelar pada
teologi, dimana gelar doktoral merupakan gelar yang lazim diberikan.
Universtasi di Italia memberikan gelar doktoral. Perbedaan tersebut
membuat perbedaan tujuan dari penerima gelar setelah lulus. Di utara,
fokus lulusan universitas cenderung untuk mendapatkan posisi mengajar,
sementara di selatan seringkali mengejar posisi profesional.Akademisi seperti Arnold H. Green dan Hossein Nasr berpendapat bahwa sejak abad 10, beberapa madrasah islami telah menjadi universitas. Meskipun begitu, George Makdisi dan lainnya, universitas eropa tidaklah sama dengan univesitas di kehidupan islami pada abad pertengahan. Beberapa akademisi berpendapat bahwa universitas era awal abad pertengahan dipengaruhi oleh madrasah keagamaan di Al-Andalus. yaitu Emirate of Sicily, dan madrasah lainnya di wilayah timur tengah selama perang salib. Akademisi lainnya berpendapat bahwa pendapat ini dibuat-buat.
Sekarang universitas telah berkembang lagi tidak hanya mewadahi kebebasan akademis dan penelitian, melainkan juga menjadi struktur sosial dalam kehidupan masyarakat di suatu daerah. Di Indonesia, universitas juga turut berperan pada pergerakan ekonomi, politik, sosial budaya, dan keagamaan dimana organisasi-organisasi inter dan antar perguruan tinggi mewujudkan ide dan aspirasi mereka dalam berbagai tindakan. Meskipun tindakan yang dimunculkan tidak selalu positif, tetapi universitas telah memberikan warna tersendiri bagi kehidupan masyarakat Indonesia, terutama setelah memasuki abad ke 20.
- See more at: http://www.bglconline.com/2013/02/menjelajahi-asal-mula-universitas/#sthash.4NmbJqGj.dpuf
Wisuda,
merupakan saat yang membahagiakan bagi orangtua karena anaknya telah
menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi dan siap menjelajahi dunia
profesional agar mampu berkontribusi bagi kehidupan bangsa. Di
Indonesia, terdapat berbagai bentuk perguruan tinggi seperti akademi,
institut, universitas, politeknik, dan sekolah tinggi. Dalam pemahaman
yang lebih umum di dunia internasional, level pendidikan tinggi
merupakan jenjang yang sejajar dengan universitas. Bagaimana sejarah
asal mula universitas?
Universitas merupakan insitusi dari penelitian dan lembaga yang lebih tinggi yang memberikan gelar akademis pada berbagai subjek dan menyediakan pendidikan untuk undergraduate dan postgraduate. Kata universitas merupakan bahasa latin yang berarti “kumpulan guru dan murid.”
Ide mengembangkan universitas berasal dari pemikiran kebebasan akademis. Bukti dokumen pertama bahwa universitas berlandaskan kebebasan akademis datang dari universitas pertama dalam kehidupan manusia. Universitas Bologna mengadopsi piagam akademis, Constitutio Habita, di tahun 1150-an, yang menjamin hak pelajar untuk menjadi bagian yang tak terhindarkan dari ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan. Saat ini, dokumen tersebut diklaim sebagai asal mula “kebebasan akademis”. Hal ini telah disepakati secara internasional pada 18 September 1988 dimana 430 rektor universitas dari berbagai dunia menandatangani Magna Charta Universitatum, yang menandai 900 tahun peringatan yayasan Bologna. Sejumlah universitas yang menandatangani Magna Charta Universitatum terus bertumbuh, dan menjadi bagian dari berbagai kemajuan akademis di seluruh dunia.
Universitas di era Medieval
Abad pertengahan merupakan asal mula bertumbuhnya paham dan pemikiran untuk pendirian universitas. Pendidikan tinggi Eropa berdiri ratusan tahun dalam bentuk Sekolah katedral kristen atau sekolah monastik (Scholae monasticae), dimana biarawan dan biarawati belajar disana. Bukti bahwa sekolah ini merupakan pelopor dari universitas yang berikutnya akan berkembang telah berdiri sejak abad ke 6 setelah masehi. Universitas pada awal abad pertengahan dikembangkan di bawah pengawasan gereja oleh sistem kepausan sebagai studia generalia (pengembangan sekolah katedral menjadi universitas kemudian menjadi langka, kecuali yang terjadi pada Universitas Paris). Kemudian, universitas juga didirikan oleh Raja (Universitas Naples Federico II, Universitas Charles di Praha, dan Universitas Jagiellonian di Krakow) atau pemerintah daerah (Universitas Cologne, dan Universitas Erfurt). Pada abad pertengahan awal, kebanyakan universitas baru didirikan oleh sekolah yang telah berdiri sebelumnya, dimana didasari oleh kebutuhan untuk menyelenggarakan pendidikan yang lebih tinggi.
Univesitas Bologna didirikan sebagai sekolah hukum yang mengajari ius gentium atau hukum romawi dari masyarakat yang memiliki kebutuhan di seluruh Eropa untuk membela negara yang baru merdeka melawan kerajaan dan negara. Mereka mengklaim secara khusus terhadap Alma Mater Studiorum didasari oleh autonomi, diberikan terhadap gelar, dan pengaturan strukturan lainnya, membuat universitas tersebut menjadi institusi tertua yang terus beroperasi secara independen dari raja, penguasa, atau berbagai kekuasaan religius lainnya.
Di Eropa, seorang remaja melanjutkan ke universitas setelah mereka menyelesaikan studi mereka terhadap trivium, seni persiapan yang mencakup tata bahasa, retorika, dan dialektika atau logika, serta quadrivium, yang mencakup aritmatika, geometri, musik, dan astronomi.
Universitas menjadi populer di seluruh Eropa, sebagaimana penguasa dan pemerintah memulai untuk membuat sistem tersebut memuaskan keingintahuan penduduk Eropa terhadap ilmu pengetahuan, dan kepercayaan bahwa masyarakat harus mendapatkan manfaat dari pengalaman akademis yang disediakan oleh institusi tersebut. Pangeran dan pemimpin dari pemerintahan kota menerima keuntungan potensial dari ahli pendidikan yang dikembangkan dengan kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang sulit dan mendapatkan hasil yang diinginkan. Perkembangan humanisme merupakan esensi dari perkembangan universitas sebagaimana kebangkitan keingintahuan yang diperoleh dari teks-teks pada jaman yunani kuno.
Akademisi seperti Arnold H. Green dan Hossein Nasr berpendapat bahwa sejak abad 10, beberapa madrasah islami telah menjadi universitas. Meskipun begitu, George Makdisi dan lainnya, universitas eropa tidaklah sama dengan univesitas di kehidupan islami pada abad pertengahan. Beberapa akademisi berpendapat bahwa universitas era awal abad pertengahan dipengaruhi oleh madrasah keagamaan di Al-Andalus. yaitu Emirate of Sicily, dan madrasah lainnya di wilayah timur tengah selama perang salib. Akademisi lainnya berpendapat bahwa pendapat ini dibuat-buat.
Sekarang universitas telah berkembang lagi tidak hanya mewadahi kebebasan akademis dan penelitian, melainkan juga menjadi struktur sosial dalam kehidupan masyarakat di suatu daerah. Di Indonesia, universitas juga turut berperan pada pergerakan ekonomi, politik, sosial budaya, dan keagamaan dimana organisasi-organisasi inter dan antar perguruan tinggi mewujudkan ide dan aspirasi mereka dalam berbagai tindakan. Meskipun tindakan yang dimunculkan tidak selalu positif, tetapi universitas telah memberikan warna tersendiri bagi kehidupan masyarakat Indonesia, terutama setelah memasuki abad ke 20.
- See more at: http://www.bglconline.com/2013/02/menjelajahi-asal-mula-universitas/#sthash.4NmbJqGj.dpuf
Universitas merupakan insitusi dari penelitian dan lembaga yang lebih tinggi yang memberikan gelar akademis pada berbagai subjek dan menyediakan pendidikan untuk undergraduate dan postgraduate. Kata universitas merupakan bahasa latin yang berarti “kumpulan guru dan murid.”
Ide mengembangkan universitas berasal dari pemikiran kebebasan akademis. Bukti dokumen pertama bahwa universitas berlandaskan kebebasan akademis datang dari universitas pertama dalam kehidupan manusia. Universitas Bologna mengadopsi piagam akademis, Constitutio Habita, di tahun 1150-an, yang menjamin hak pelajar untuk menjadi bagian yang tak terhindarkan dari ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan. Saat ini, dokumen tersebut diklaim sebagai asal mula “kebebasan akademis”. Hal ini telah disepakati secara internasional pada 18 September 1988 dimana 430 rektor universitas dari berbagai dunia menandatangani Magna Charta Universitatum, yang menandai 900 tahun peringatan yayasan Bologna. Sejumlah universitas yang menandatangani Magna Charta Universitatum terus bertumbuh, dan menjadi bagian dari berbagai kemajuan akademis di seluruh dunia.
Universitas di era Medieval
Abad pertengahan merupakan asal mula bertumbuhnya paham dan pemikiran untuk pendirian universitas. Pendidikan tinggi Eropa berdiri ratusan tahun dalam bentuk Sekolah katedral kristen atau sekolah monastik (Scholae monasticae), dimana biarawan dan biarawati belajar disana. Bukti bahwa sekolah ini merupakan pelopor dari universitas yang berikutnya akan berkembang telah berdiri sejak abad ke 6 setelah masehi. Universitas pada awal abad pertengahan dikembangkan di bawah pengawasan gereja oleh sistem kepausan sebagai studia generalia (pengembangan sekolah katedral menjadi universitas kemudian menjadi langka, kecuali yang terjadi pada Universitas Paris). Kemudian, universitas juga didirikan oleh Raja (Universitas Naples Federico II, Universitas Charles di Praha, dan Universitas Jagiellonian di Krakow) atau pemerintah daerah (Universitas Cologne, dan Universitas Erfurt). Pada abad pertengahan awal, kebanyakan universitas baru didirikan oleh sekolah yang telah berdiri sebelumnya, dimana didasari oleh kebutuhan untuk menyelenggarakan pendidikan yang lebih tinggi.
Univesitas Bologna didirikan sebagai sekolah hukum yang mengajari ius gentium atau hukum romawi dari masyarakat yang memiliki kebutuhan di seluruh Eropa untuk membela negara yang baru merdeka melawan kerajaan dan negara. Mereka mengklaim secara khusus terhadap Alma Mater Studiorum didasari oleh autonomi, diberikan terhadap gelar, dan pengaturan strukturan lainnya, membuat universitas tersebut menjadi institusi tertua yang terus beroperasi secara independen dari raja, penguasa, atau berbagai kekuasaan religius lainnya.
Di Eropa, seorang remaja melanjutkan ke universitas setelah mereka menyelesaikan studi mereka terhadap trivium, seni persiapan yang mencakup tata bahasa, retorika, dan dialektika atau logika, serta quadrivium, yang mencakup aritmatika, geometri, musik, dan astronomi.
Universitas menjadi populer di seluruh Eropa, sebagaimana penguasa dan pemerintah memulai untuk membuat sistem tersebut memuaskan keingintahuan penduduk Eropa terhadap ilmu pengetahuan, dan kepercayaan bahwa masyarakat harus mendapatkan manfaat dari pengalaman akademis yang disediakan oleh institusi tersebut. Pangeran dan pemimpin dari pemerintahan kota menerima keuntungan potensial dari ahli pendidikan yang dikembangkan dengan kemampuan untuk mengatasi permasalahan yang sulit dan mendapatkan hasil yang diinginkan. Perkembangan humanisme merupakan esensi dari perkembangan universitas sebagaimana kebangkitan keingintahuan yang diperoleh dari teks-teks pada jaman yunani kuno.
Penemuan kembali karya Aristoteles, yang
terdiri lebih dari 3000 halaman yang kemudian diterjemahkan, memberikan
semangat untuk menyelidiki proses alam yang telah dimulai untuk
dikembangkan kembali pada abad ke 12. Beberapa akademisi percaya bahwa
karya tersebut mewakili salah satu penemuan dokumen paling penting dalam
sejarah intelektualitas peradaban barat. Richard Dales, sebagai contoh,
menyebut penemuan karya Aristoteles tersebut sebagai “titik balik dari
sejarah pemikiran dunia barat.” Setelah Aristoteles menyebar kembali,
komunitas akademis, yang umumnya berkomunikasi menggunakan bahasa Latin,
mempercepat proses dan penerapan dengan berusaha memahami pemikiran
yunani kuno, dan terutama pada ide yang berkaitan dengan pemahaman
terhadap alam. Upaya dari ”scholaticism” ini difokuskan untuk menerapkan logika aristotelian dan pemikiran tentang alam menurut pesan yang terdapat di bible
dan berusaha untuk membuktikan kebenaran pemikiran tersebut melalui
penalaran. Upaya ini menjadi misi utama dari pengajar dan harapan dari
pelajar.
Budaya universitas berkembang berbeda di
Eropa utara dibandingkan di selatan, meskipun mereka memiliki kesamaan
yang dipelajari. Latin merupakan bahasa universitas yang digunakan pada
seluruh teks, perkuliahan, perdebatan, dan pengujian. Profesor mengajar
berdasarkan buku Aristoteles untuk logika, filsafat alam, dan metafisik.
Sementara itu, Hippocrates, Galen, dan Ibnu Sina digunakan untuk
obat-obatan. Di luar dari kesamaan tersebut, perbedaan besar yang
terdapat pada universitas di utara dan selatan terdapat pada subjek
utama yang diajarkan. Universitas di Italia berfokus pada hukum dan
obat-obatan, sementara di utara berfokus pada seni dan teologi.
Perbedaan tersebut membuat pelajar dapat menuju ke utara atau selatan
berdasarkan ketertarikannya terhadap ilmu pengetahuan tertentu.
Selain itu, terdapat perbedaan pada gelar yang diberikan oleh
masing-masing universitas. Universitas di Inggris, Prancis, dan Jerman
biasanya memberikan gelar sarjana, dengan pengecualian gelar pada
teologi, dimana gelar doktoral merupakan gelar yang lazim diberikan.
Universtasi di Italia memberikan gelar doktoral. Perbedaan tersebut
membuat perbedaan tujuan dari penerima gelar setelah lulus. Di utara,
fokus lulusan universitas cenderung untuk mendapatkan posisi mengajar,
sementara di selatan seringkali mengejar posisi profesional.Akademisi seperti Arnold H. Green dan Hossein Nasr berpendapat bahwa sejak abad 10, beberapa madrasah islami telah menjadi universitas. Meskipun begitu, George Makdisi dan lainnya, universitas eropa tidaklah sama dengan univesitas di kehidupan islami pada abad pertengahan. Beberapa akademisi berpendapat bahwa universitas era awal abad pertengahan dipengaruhi oleh madrasah keagamaan di Al-Andalus. yaitu Emirate of Sicily, dan madrasah lainnya di wilayah timur tengah selama perang salib. Akademisi lainnya berpendapat bahwa pendapat ini dibuat-buat.
Sekarang universitas telah berkembang lagi tidak hanya mewadahi kebebasan akademis dan penelitian, melainkan juga menjadi struktur sosial dalam kehidupan masyarakat di suatu daerah. Di Indonesia, universitas juga turut berperan pada pergerakan ekonomi, politik, sosial budaya, dan keagamaan dimana organisasi-organisasi inter dan antar perguruan tinggi mewujudkan ide dan aspirasi mereka dalam berbagai tindakan. Meskipun tindakan yang dimunculkan tidak selalu positif, tetapi universitas telah memberikan warna tersendiri bagi kehidupan masyarakat Indonesia, terutama setelah memasuki abad ke 20.
- See more at: http://www.bglconline.com/2013/02/menjelajahi-asal-mula-universitas/#sthash.4NmbJqGj.dpuf
Konsep Dasar Manajemen
Konsep Dasar Manajemen
Tulisan ini dan beberapa tulisan yang akan dipubilkasikan adalah materi
inisiasi yang saya peroleh pada saat saya menempuh pendidikan S1 di
Universitas Terbuka fakultas Ekonomi Manajemen. Materi inisiasi tersebut
merupakan ringkasan dari modul-modul Universitas Terbuka. Materi
dibawah ini adalah materi yang diambil dari modul matakuliah Manajemen.
Pengertian Manajemen
Ada beberapa definisi mengenai manajemen yang diberikan oleh para ahli. Robbins dan Coulter (1999) menyebutkan manajemen adalah proses pengkoordinasian dan pengintegrasian kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efektif dan efisien melalui orang lain. 2 kata penting yang saling terkait di sini adalah pengkoordinasian orang lain dan efektif efisien. Pengkoordinasian orang lain artinya melibatkan orang lain, sedangkan efektif dan efisien untuk menunjukkan berdaya guna dan berhasil guna. Pengkoordinasian orang lain tidak berarti kegiatan tidak dapat dilakukan sendiri, hanya saja dalam pertimbangan efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara optimal pelibatan tersebut, perlu dikelola atau ada proses atau upaya pengkoordinasian yang disebut manajemen.
Ahli-ahli lain juga memberikan definisi yang kurang lebih sama. Gibson,
Donelly, dan Ivancevich (1996) menyebutkan manajemen adalah proses yang
dilakukan seorang atau beberapa orang untuk mengkoordinasikan aktifitas
orang lain untuk mencapai hasil-hasil yang tidak dapat dicapai oleh
orang itu sendiri. Follet dalam Stoner dan Wankel (1986), menyebutkan
bahwa manajemen adalah seni untuk melakukan sesuatu melalui orang lain.
Kemudian Siagian dalam Dadang dan Sylvana (2007) mengemukakan bahwa
manajemen adalah kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh sesuatu
dalam rangka pencapaian tujuan melalui orang lain.
Manajemen merupakan suatu ilmu dan juga suatu seni. Sebagai suatu ilmu,
manajemen harus memiliki landasan keilmuan yang kokoh. Sebagai seni,
maka manajemen dipraktekkan berdasarkan keterampilan yang diterapkan
untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Dari batasan-batasan tersebut, dapat dikatakan bahwa manajemen adalah
ilmu dan seni yang mempelajari bagaimana mengelola manusia melalui orang
lain.
Robbins dan Coulter (1999) menyebutkan bahwa fungsi-fungsi manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan.
- Perencanaan: mencakup pendefinisian tujuan, penetapan strategi, dan mengembangkan rencana untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan.
- Pengorganisasian; adalah menentukan tugas apa saja yang dikerjakan, siapa yang mengerjakan, bagaimana tugas-tugas dikelompokkan, siapa melapor kepada siapa, dan pada tingkat mana keputusan harus dibuat.
- Kepemimpinan; meliputi kegiatan-kegiatan memotivasi bawahan, mengarahkan, menyeleksi saluran komunikasi yang paling efektif, dan memecahkan konflik.
- Pengendalian; meliputi pemantauan kegiatan-kegiatan untuk memastikan bahwa semua orang mencapai apa yang telah direncanakan dan mengkoreksi penyimpangan-penyimpangan yang ada.
Peran Manajemen
Peran manajemen di sini dapat dilihat dari peran seorang manajer dalam organisasi. Organisasi dan manajemen adalah 2 bidang yang terkait erat. Organisasi untuk berhasil memerlukan manajemen yang baik, dan manajemen tersebut dikelola oleh seorang manajer. Organisasi adalah sekumpulan orang-orang yang memiliki tujuan yang sama.
Peran manajer menurut Mintzberg dalam Robbins dan Coulter (1999) adalah peran antar pribadi, peran informasi, dan peran memutuskan, dengan penjelasan masing-masing adalah sebagai berikut :
- Peran antar pribadi: Peran-peran yang melibatkan kegiatan-kegiatan simbolis (figure head), pemimpin, dan penghubung.
- Peran informasi: Peran yang meliputi kecepatan-kecepatan memantau, menyebarkan, dan juru bicara.
- Peran memutuskan: Peran yang meliputi kewirausahawan, penanganan gangguan, pengalokasi sumber daya.
Jenis-Jenis Manajer dan Keterampilan Manajer
Jenis-jenis atau tingkatan manajer menurut Robbins dan Coulter (1999) adalah :
- Manajer lini pertama: Manajer tingkat paling rendah. Para manajer ini sering disebut penyelia, manajer kantor, manajer departemen.
- Manajer menengah: Mencakup semua tingkat manajemen antara tingkat penyelia dan tingkat puncak. Misalnya kepala bagian, kepala biro, manajer pabrik, manajer devisi, general manajer, dekan.
- Manajer puncak: Manajer yang bertanggung jawab atas pengambilanKeputusan organisasi. Misalnya presiden direktur, CEO, COO, presiden komisaris.
Perbedaan tingkatan manajemen mempengaruhi fungsi manajemen yang
dilakukan, di mana ada 2 fungsi manajemen yaitu manajemen administratif
dan manajemen operatif.
- Semakin rendah jabatan, maka lebih banyak mengerjakan fungsi manajemen operatif.
- Semakin tinggi jabatan, lebih banyak menggunakan fungsi administratif.
Menurut Stoner dan Hankel (1986), ada 3 tingkat keterampilan manajer,
yaitu keterampilan teknis, keterampilan manusiawi, dan keterampilan
konseptual dengan penjelasan masing-masing sebagai berikut :
- Keterampilan teknis: kemampuan menggunakan alat-alat, prosedur, dan teknik suatu bidang yang khusus.
- Keterampilan manusiawi: Kemampuan untuk bekerja dengan orang lain.
- Keterampilan konseptual: kemampuan mental untuk mengkoordinasi dan memadukan semua kepentingan dan kegiatan organisasi.
Bagi manajer lini pertama, bobot yang terbesar adalah keterampilan
teknis diikuti keterampilan manusiawi lalu keterampilan konseptual.
Semakin ke arah manajer puncak, bobot terbesar adalah keterampilan
konseptual, diikuti keterampilan manusiawi, dan keterampilan teknis.
Kemampuan Manajerial
Kemampuan manajerial adalah kemampuan manajer dalam mengatur, mengkoordinasikan, dan menggerakkan para bawahan ke arah pencapaian tujuan yang ditetapkan oleh organisasinya. Kemampuan manajerial lahir dari proses pembelajaran. Kegagalan mengoptimalkan kemampuan manajer ini disebabkan sebagai berikut :
Kemampuan Manajerial
Kemampuan manajerial adalah kemampuan manajer dalam mengatur, mengkoordinasikan, dan menggerakkan para bawahan ke arah pencapaian tujuan yang ditetapkan oleh organisasinya. Kemampuan manajerial lahir dari proses pembelajaran. Kegagalan mengoptimalkan kemampuan manajer ini disebabkan sebagai berikut :
- Manajer kurang mampu memahami kinerja yang diharapkan dari posisinya.
- Kurang memahami peran manajerial yang diembannya.
- Tidak menguasai keterampilan manajerial.
- Tidak mampu memotivasi bawahan.
Untuk itu ada 10 langkah pengoptimalan kinerja manajer yaitu : (Dadang dan Sylvana, 2007)
- Pekerjaan yang menarik.
- Kesejahteraan memadai.
- Keamanan bekerja.
- Penghayatan terhadap pekerjaan.
- Suasana kerja yang baik.
- Promosi dan perkembangan diri mereka sejalan dengan kompetensi dan kontribusi.
- Pengertian dan simpati atas masalah pribadi.
- Merasa terlibat dalam kegiatan-kegiatan kelompok kerja.
- Kesetiaan manajer pada bawahan.
- Selalu disiplin dalam bekerja.
Manajemen Global
Manajemen global adalah manajer yang memiliki karakteristik fleksibel
dalam arti dapat mengikuti perkembangan dan juga efisien dalam
pemanfaatan sumber daya. Global artinya berpandangan luas yaitu skala
internasional. Untuk arus globalisasi yang deras saat ini, dituntut
peran manajer yang berwawasan global agar tidak tertinggal dalam
perkembangan kegiatan.
PERKEMBANGAN DAN SEJARAH KONSEP MANAJEMEN
Konsep dasar manajemen sendiri mengalami perkembangan sepanjang sejarah yang tidak terlepas dari para ahli manajemen. Secara umum perkembangan teori manajemen dapat dibagi 4 yaitu :
• Manajemen ilmiah (1870 – 1930)
• Manajemen klasik (1900 – 1940)
• Manajemen hubungan manusiawi (1930 – 1940)
• Manajemen modern (1940 – sekarang).
1. Teori Manajemen Ilmiah
PERKEMBANGAN DAN SEJARAH KONSEP MANAJEMEN
Konsep dasar manajemen sendiri mengalami perkembangan sepanjang sejarah yang tidak terlepas dari para ahli manajemen. Secara umum perkembangan teori manajemen dapat dibagi 4 yaitu :
• Manajemen ilmiah (1870 – 1930)
• Manajemen klasik (1900 – 1940)
• Manajemen hubungan manusiawi (1930 – 1940)
• Manajemen modern (1940 – sekarang).
1. Teori Manajemen Ilmiah
Pelopornya adalah Fredrik Taylor, Frank dan Lilian Gilbreth, Henry Grant, Harrington Emerson. Teori manajemen ilmiah lahir dari adanya kebutuhan untuk menaikkan produktifitas. Di Amerika Serikat, di awal abad ke 20 tenaga terampil tidak banyak. Sehingga perlu dicari cara menaikkan efisiensi. Misalnya apakah suatu pekerjaan dapat digabungkan atau dihilangkan, dan lain-lain upaya efisiensi. Dalam upaya-upaya itu, Fredrik Taylor, yang sering disebut Bapak manajemen ilmiah, menyusun sekumpulan prinsip yang merupakan inti manajemen ilmiah. Prinsip-prinsip itu diringkas sebagai berikut :
- Mengganti cara tidak teratur dengan ilmu pengetahuan yang sistemastis.
- Mengusahakan keharmonisan dalam gerakan kelompok.
- Mencapai kerjasama manusia, bukan individualisme.
- Menghasilkaan output yang maksimal, bukan output yang terbatas.
- Mengembangkan pekerja sampai taraf setinggi-tingginya untuk kesejahteraan maksimum mereka sendiri.
Pendukung pendekatan ilmiah lain adalah Frank dan Lilian Gilbreth yang
merupakan pelopor studi waktu, sebagai ilmu yang menganalisis tugas
sampai pada gerak fisik dasar. Diharapkan agar gerak tidak
dihambur-hamburkan dan dihemat serta lancar sehingga produktifitas
kerja meningkat. Dalam konsep Gilbreth, gerakan dan kelelahan saling
berkaitan. Dengan kamera film ia berusaha mencari gerakan paling
menghemat untuk setiap pekerjaan, dengan demikian menaikkan prestasi dan
mengurangi kelelahan.
Kelebihan Manajemen Ilmiah :
Kelebihan Manajemen Ilmiah :
Dapat diterapkan pada berbagai macam kegiatan organisasi, disamping
organisasi industri. Teknik efisiensi dari manajemen ilmiah seperti
studi waktu dan gerak, menyadarkan bahwa pekerjaan dapat dibuat efifisan
dan masuk akal.
Kelemahan Manajemen Ilmiah :
Manajemen ilmiah lebih berfokus pada manusia itu rasional untuk memperoleh material, tetapi kurang memperhatikan segi-segi sosial para pekerja.
Kelemahan Manajemen Ilmiah :
Manajemen ilmiah lebih berfokus pada manusia itu rasional untuk memperoleh material, tetapi kurang memperhatikan segi-segi sosial para pekerja.
2. Teori Manajemen Klasik
Pelopornya adalah Henry Fayol, James D. Mooney, Mary Parker Follet, Herberd Simon, Chester I. Banard. Manajemen klasik timbul dari kebutuhan akan pedoman untuk mengelola organisasi yang kompleks, misalnya sebuah pabrik. Manajemen itu tidak dilahirkan, tetapi dapat diajarkan, asalkan prinsip-prinsip mendasari dan teori umum manajemen dapat diterapkan. Menurut Fayol (Robbins dan Coulter, 1999), manajemen adalah sebuah kegiatan umum dari semua usaha manusia dalam bisnis, pemerintahan, dan rumah tangga. Ia mengungkapkan ada 14 prinsip manajemen yang merupakan kebenaran universal yang merupakan prinsip umum manajemen, yaitu :
- Pembagian kerja
- Otoritas
- Tata tertib
- Kesatuan komando
- Kesatuan arah
- Subordinasi kepentingan-kepentingan individu terhadap kepentingan umum
- Balas jasa
- Sentralisasi
- Rantai skalar / hirarki
- Tatanan
- Kesamaan
- Kemantapan para karyawan dalam pekerjaannya
- Inisiatif
- Semangat korps.
Fayol juga membagi perusahaan dalam 5 bidang kegiatannya, yaitu teknis
(produksi), komersial (pemasaran), keamanan, akuntansi, dan manajerial.
Para ahli teori manajemen klasik dibatasi oleh pengetahuan pada zamannya, namun banyak dari teori klasik itu tetap bertahan sampai sekarang. Manajemen klasik masih diterima sampai sekarang, karena membuat pemisahan kerja.
Para ahli teori manajemen klasik dibatasi oleh pengetahuan pada zamannya, namun banyak dari teori klasik itu tetap bertahan sampai sekarang. Manajemen klasik masih diterima sampai sekarang, karena membuat pemisahan kerja.
Kelebihan Manajemen Klasik :
Manajemen klasik mebuat pemisahan bidang-bidang utama praktek para
manajer, sehingga sampai sekarang masih dapat diterima oleh para manajer
praktisi (praktek).
Kekurangan Manajemen Klasik :
Dalam organisasi modern yang kompleks seperti sekarang, manajemen klasik
dianggap terlalu umum. Di manajemen modern, terkadang garis wewenang
agak kabur. Saat ini terkadang teknisi bisa mendapat perintah dari
manajer pabrik (atasan dari atasan teknisi (mandor)). Ini membuat
pertentangan antara prinsip pembagian kerja dan kesatuan perintah.
3. Manajemen Hubungan Manusiawi
3. Manajemen Hubungan Manusiawi
Pelopornya adalah Hawthorn studies, Elton Mayo, Fritz Roethlisberger, dan Hugo Munsterberg. Teori hubungan manusia adalah teori yang menggambarkan cara-cara bagaimana manajer berhubungan dengan bawahannya. Aliran ini muncul karena manajer mendapati bahwa pendekatan klasik tidak dapat dicapai dengan keserasian sempurna. Masih terdapat kesulitan di mana bawahan tidak selalu mengikuti pola tingkah laku yang rasional dan dapat diduga. Perlu ada upaya untuk meningkatkan hubungan antar manusia agar organisasi lebih efektif. Aliran ini untuk memperkuat aliran klasik, yaitu dengan menambahkan wawasan sosial dan psikologi.
Kalau ‘manajemen manusia’ mendorong kerja yang lebih baik dan lebih keras, itu berarti hubungan antar manusia dalam organisasi itu baik. Hawthorn studies mengatakan yang penting diperhatikan untuk meningkatkan produktifitas adalah faktor perilaku manusia dan sosial. Pekerja akan bekerja lebih keras kalau mereka yakin bahwa supervisor memberi perhatian kepada mereka.
Sejalan dengan Hawthorn studies, menurut Hugo Munstenberg, produktifitas dapat ditingkatkan dengan 3 jalan :
- Menemukan orang yang terbaik.
- Menciptakan kondisi psikologis dan pekerjaan yang terbaik.
- Menggunakan pengaruh psikologis untuk mendorong karyawan.
Kelebihan Manajemen Hubungan Manusiawi :
Perhatian pada keterampilan manajemen manusia semakin ditingkatkan disamping keterampilan teknis manusia, karena penekanan pada hubungan sosial.
Kelemahan Manajemen Hubungan Manusiawi :
Peningkatan kondisi kerja dan peningkatan kepuasan kerja tidaklah menghasilkan kenaikan produktifitas sedramatis yang diperkirakan. Peningkatan produktifitas dipengarahui oleh banyak faktor antara lain teknologi, efisien, se
mangat kerja, dan lain-lain.
4. Manajemen Modern
Perhatian pada keterampilan manajemen manusia semakin ditingkatkan disamping keterampilan teknis manusia, karena penekanan pada hubungan sosial.
Kelemahan Manajemen Hubungan Manusiawi :
Peningkatan kondisi kerja dan peningkatan kepuasan kerja tidaklah menghasilkan kenaikan produktifitas sedramatis yang diperkirakan. Peningkatan produktifitas dipengarahui oleh banyak faktor antara lain teknologi, efisien, se
1385 × 823 - masimamgun.blogspot.com
4. Manajemen Modern
Pelopornya adalah Abraham Maslow, Chris Argyris, Douglas Mc Gregor, Edar Schien, David Mc Cleland, Robert Blake and Jane Mouton, Ernest Dale, Peter Drucker dan ahli-ahli manajemen operasi/manajemen sains. Manajemen modern adalah perluasan manajemen ilmiah. Manajemen modern mulai berkembang sejak tahun 1940 an dan banyak menggunakan manajemen sains atau manajemen operasi atau riset operasi sebagai pendekatan ilmu manajemen, yang banyak menggunakan ilmu matematika, fisika, untuk memecahkan masalah oprasional. Pada awalnya ilmu manajemen operasi digunakan dalam ilmu kemiliteran dalam hal-hal operasional militer. Tujuan dari manajemen sains/manajemen ilmu adalah untuk memberikan landasan kuantitatif dalam pengambilan keputusan (Gibson, Donelly, Ivancevich, 1996).
Dalam manajemen modern, konsep manajemen dibagi menjadi :
- Manajemen berdasarkan hasil.
- Manajemen berdasarkan tanggungjawab sosial.
- Manajemen berdasarkan sasaran.
- Manajemen berdasarkan pengecualian.
- Manajemen terapan.
Kelebihan Manajemen Modern :
Banyak digunakan dalam kegiatan-kegiatan sehari-hari meliputi penganggaran modal, perencanaan produk, manajemen persediaan, penjadwalan, metode antrian, transportasi.
Kelemahan Manajemen Modern :
Konsep manajemen modern sulit dipahami karena perhitungannya yang sulit.
=====
Banyak digunakan dalam kegiatan-kegiatan sehari-hari meliputi penganggaran modal, perencanaan produk, manajemen persediaan, penjadwalan, metode antrian, transportasi.
Kelemahan Manajemen Modern :
Konsep manajemen modern sulit dipahami karena perhitungannya yang sulit.
=====
Buku Materi Pokok (BMP) Universitas Terbuka EKMA 4116 Manajemen
Posted by Unknown